Dunia kerja yang tak sehat adalah ketika tanggung jawab pekerjaan luruh ketika dihadapkan dengan pimpinan. Maksudnya ya seperti judul di atas.
Situasi pimpinan atau bos yang superior memungkinkan mekanisme kerja, otomatis tak berlaku saat berhadapan dengan bos. Hal ini menjadi ladang bagus bagi manusia-manusia penjilat tapi tak bagus bagi organisasi pekerjaan, baik itu di swasta atau pemerintahan.
Konkretnya seperti ini. Katakan saja si A. Dia adalah bawahan, tapi cukup dekat dengan bos. Dia bisa dengan mudah berkomunikasi dan dekat dengan bos. Bahkan, bisa ngopi bareng.
Karena saking dekatnya, si bos pun lebih sering meminta ditemani oleh si A dalam beberapa kesempatan. Menemani yang sebenarnya tak terlalu penting.
Kedekatan inilah yang dimanfaatkan untuk menggugurkan kewajiban. Misalnya si A punya kewajiban melaksanakan tugas X. Tapi, karena sering bersama bos, si A pun bisa ngeles.
Ketika ditanya hasil tugasnya oleh manajer di atasnya, si A berkilah sedang menemani bos. Kalau sudah seperti itu, siapa yang berani. Hehe, bos dilawan!
Akhirnya kerjaan diberikan pada mereka yang penurut. Mereka yang penurut dan rajin kerja, pada situasi organisasi seperti ini, hanya akan jadi sapi perahan. Mereka yang rajin kerja akan terus diberi tugas.
Sementara, mereka yang dekat dengan bos, akan aman. Tak melakukan kewajiban tak masalah, yang penting dekat dengan bos. Lalu, bagaimana dengan si bos?
Menjadi parah kalau bosnya itu tipe orang uang doyan dilayani. Dia pasti akan merasa senang ditemani dan dilayani. Sehingga, si bawahan yang menjilatnya, bisa mendapatkan angin segar dan bebas tugas.
Atau bisa jadi si bos memiliki standar ganda. Kalau rapat berbicara profesionalitas, tapi realitasnya memberi ruang untuk penjilatan. Sungguh situasi yang tak bermanfaat bagi orang-orang pekerja keras.
Bagi Anda yang mengalami situasi tersebut, cepat-cepat angkat koper. Siapkan diri ke tempat yang lebih baik. Atau bisa juga mulai merintis usaha sendiri. Jangan terlalu larut dengan situasi yang tak mengenakkan. Sebab, masa depan Anda tergantung Anda, bukan orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H