"Buktikan kalau ada korupsi. Tidak lihat juga kau, bagaimana jembatan sudah dibangun. Anak tak ada yang putus sekolah," sela Kades.
Tapi Marto laju saja seperti kereta. "Pak kades diam. Saya sedang bicara. Sebagai rakyat pemberi amanat, saya berhak bicara. Ini dekorasi," kata Marto yang langsung disela banyak orang.
"Demokrasi, To," kata Hasan lantang.
"Saya sudah mengamati sejak lama. Kondisi pemerintahan desa sudah parah. Kecamatan juga parah. Dari hasil ejakulasi saya," kata Marto lalu dipotong Muin.
"Bukan ejakulasi, tapi evaluasi To," kata Muin.
"Diem saja kamu In. Wajahmu saja sudah salah. Aku lanjutkan. Kita harus melakukan perubahan mendasar. Misalnya bagaimana anak-anak perlu diajari berdekorasi," kata Marto yang makin ngelantur. Dia tetap saja tak bisa bilang demokrasi.
Marto ngomong sudah setengah jam. Aku sudah berusaha menghentikan dan memberi ruang ke lainnya. Tapi Marto seperti lelaki yang sedang ereksi, tak bisa dibendung.
"Adalah hak warga negara berpendapat," kata Marto lantang.
"Forum ini juga tak efektif," kata Marto mengkritik forum kami. Orang ini memang tak tahu diri. Diberi ruang, malah ngelunjak. Tak paham sopan santun. Tapi Marto tak bisa dibendung.
Di berbusa busa ngomong sudah satu jam. Benar-benar tak mau berhenti. Dia ngomong muter muter soal pemerintahan dan korupsi.
Lama-kelamaan, orang malas dengar Marto yang bermonolog. Satu per satu orang pergi. Pergi dari forum dan memilih pulang. Aku lama-kelamaan juga males dengar Marto.