Ada yang posisinya tinggi dan kaya, koar koar siap dikritik bawahannya. Tapi begitu dikritik bawahan, posisi bawahan ini diturunkan atau diperumit. Ya akhirnya tak ada yang mau mengkritik karena akan diancam periuk nasinya.
Ada yang sangat suka mengkritik. Tapi ketika dikritik balik, langsung kebakaran jenggot. Bawa bawa posisi dan jabatan. Bawa bawa kaluarga dan kekayaan. Hadeh.
Ada yang gagap dikritik dan ada yang gagap mengkritik. Yang gagap mengkritik adalah mereka yang menyerang orang yang sudah menyerah dan minta maaf. Sudah minta maaf, diungkit terus kesalahannya. Diungkit sampai beberapa hari, bahkan bertahun-tahun. Wkwkwk.
Ada yang getol mengkritik tapi pakai nama palsu. Nah, bagaimana mau bermanfaat kritiknya, wong identitasnya saja buram seperti karbon. Ngapain mengiyakan atau menolak orang yang identitasnya tak jelas.
Apakah salah orang yang gagap mengkritik dan gagap dikritik? Menurut saya tidak salah. Mereka (mungkin termasuk saya), adalah produk yang lahir dan besar pada masa antiperbedaan. Hal itu sudah mengakar.
Jika memang ingin melihat buka bukaan mengkritik, mungkin ya ketika anak anak  internet itu nanti jadi dewasa. Mereka adalah anak anak yang mulai abai pada penghormatan. Mereka adalah anak-anak yang mengkritik tanpa tedeng aling aling. Mereka adalah anak-anak yang tumbuh di masa kebebasan menjadi Tuhan.
Ya mungkin 10 sampai 15 tahun yang akan datang, kritik mengkritik menjadi hal biasa. Di masa itu kita tak hanya dihadapkan pada ekonomi yang bebas, tapi juga ekspresi yang bebas. Ekspresi yang tak dibalut apapun. Sehingga mereka adalah orang yang jujur siap mengkritik dan siap dikritik. Bukan orang yang munafik yang sok akrab dengan kritik padahal gagap mengkritik dan gagap dikritik.
Apakah akan bagus, situasi kritik mengkritik secara terbuka dan jujur? Ya lihat saja nanti saat waktu itu tiba. Atau jangan-jangan ketika situasi kritik mengkritik terbuka, kita malah bernostalgia ingin kembali ke masa ketenangan, masa kesamaan, masa satu suara? Hadeh. Ya itulah manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H