Ada masyarakat yang doyan basa-basi sederhana. Bahkan, basa-basi itu bisa saling mendekatkan. Kalau tidak basa-basi, malah bisa jadi omongan.
Ada juga yang tak suka basa-basi sederhana. Kalau ada yang basa-basi malah dicurigai macam-macam. Nah, yang namanya orang kan macam-macam ya.
Saya termasuk orang yang hidup di lingkungan yang doyan basa-basi sederhana. Basa-basi sederhana misalnya jika berpapasan menyapa. Menyapa bisa dengan membunyikan klakson sepeda motor atau sekadar bilang, "berangkat, pak", "mari bu", menganggukkan kepala, tersenyum, dan semacamnya.
Saya hanya melakukan hal itu pada yang saya tahu atau yang saya kenal. Kalau yang tidak dikenal saya tak selalu melakukan basa-basi sederhana. Namun, ada juga tetangga yang basa-basi sederhana pada siapa saja.
Satu ketika saya bersama seorang tetangga ada di teras rumah. Kemudian ada wanita setengah baya lewat di jalan depan rumah. Saya tak kenal dengan wanita itu. Dia bukan warga satu desa.
Nah saat itu, tetangga saya basa-basi pada wanita setengah baya yang lewat itu. "Gasik Bu?" Kata tetangga saya. Yang ditanya berhenti sebentar dan menjelaskan tujuannya. Keduanya agak lama bicara. Setelah perbincangan selesai dan wanita separuh baya berlalu, saya tanya ke tetangga saya itu.
"Kenal dengan ibu tadi?" Tanya saya.
"Ngga," jawab tetangga saya polos.
Bahkan selain itu, ada juga yang kelewat basa-basinya. Satu ketika saya lagi di warung angkringan. Tiba-tiba ada lelaki yang tak saya kenal duduk di depan saya.
Tak disangka, dia bicara panjang lebar. Ngomong soal konflik dengan istrinya. "Ini kenal juga tidak, bicara sampai sejauh itu," batin saya waktu itu. Tapi saya dengarkan saja sampai kemudian dia selesai cerita dan kami kemudian sama-sama berlalu dari angkringan.
Tapi ada juga yang tak bisa atau biasa basa-basi. Dulu saya punya teman laki-laki yang tak ngeh dengan basa-basi. Si teman ini pernah ditawari main ke kost wanita. Wanita yang menawari ini temanku juga.