Ada kabar yang muncul di media Spanyol, marca. Disebutkan, Real Madrid U-9 alias masih anak-anak, menang dengan skor telak 31-0 atas SAD Villaverde, Sabtu (12/12/2020). Dari kekalahan itu, pihak Villaverde marah besar melalui dunia maya.
Pihak Villaverde menilai harusnya Madrid membuat strategi agar kemenangan sangat besar itu tak terjadi. Di sisi lain, Madrid pun tak memblow-up kemenangan besar itu di dunia maya. Madrid hanya menyebutkan bahwa Madrid  U-9 mengalahkan Villaverde.
Saya sendiri paham dengan kemarahan Villaverde. Protes Villaverde pada Madrid juga saya pahami karena kekalahan itu adalah kekalahan yang sangat besar. Jika kekalahan itu dialami oleh mereka yang sudah dewasa, mungkin tak akan terlalu bermasalah secara psikologis.
Namun, untuk pemain U-9 kekalahan 31-0 jelas kekalahan yang sangat memalukan. Di usia anak yang seperti itu, saya pun berpikiran ada potensi masalah psikologis yang muncul. Jika ada masalah psikologis yang muncul, tentu tak akan baik untuk pertumbuhan anak.
Misalnya, karena kekalahan besar itu, para pemain Villaverde jadi bahan bully-an. Tentu saja akan sangat mengkhawatirkan ketika anak masih di bawah 10 tahun mendapatkan bully-an karena kalah dengan skor yang sangat besar.
Maka, sudah sepantasnya ada regulasi bagi kompetisi sepak bola anak-anak. Misalnya kekalahan hanya dibatasi 5-0. Jika sudah sampai skor itu atau sejenis dengan itu, maka pertandingan dianggap selesai. Sekalipun masih satu babak, tapi jika skor sudah 5-0 atau sejenisnya, hentikan saja.
Saya pikir bukan hanya di Spanyol, tapi juga di negara lain. Jika ada kompetisi di usia yang sangat muda, tak perlu diperlakukan seperti usia dewasa. Toh di kompetisi U-9, lapangan dan jumlah pemainnya berbeda dengan kompetisi orang dewasa.
Pada kompetisi U-9 di Eropa yang saya tahu adalah lapangannya lebih kecil dan jumlah pemain tiap tim hanya enam orang. Tentu dengan perbedaan seperti itu, tak ada salahnya  jika ada perbedaan soal skor.
Lagipula untuk level anak-anak, setahu saya tidak untuk prestasi. Sepak bola ditonjolkan untuk membangun fondasi yang bagus. Selain itu, juga untuk mempersiapkan pada level yang lebih atas. Jadi, ketika anak-anak mulai dewasa mereka sudah siap secara taktik dan fisik.
Jangan sampai di usia anak-anak yang ditonjolkan adalah prestasi. Anak-anak diforsir untuk berprestasi. Biarkanlah sepak bola di level anak-anak mengejar kesenangan, kenikmatan, dan dasar-dasar penting bersepak bola atau berolahraga. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H