Saya masih menyimpan rapat-rapat satu artikel untuk Kompasiana. Saya belum tahu, kapan artikel itu akan saya tayangkan.
Saya sebenarnya ingin menayangkan artikel itu secepatnya, tapi saya butuh momen yang sangat tepat. Dan mendapatkan momen sangat tepat itu tidak mudah.
***
Lupakan saja soal artikel yang saya simpan itu. Kini  saya hanya akan menulis tentang ucapan terima kasih pada Kompasiana karena telah memberikan ruang pada saya untuk menulis.
Sebenarnya saya gabung di Kompasiana sejak 2017. Saat itu, saya punya hasrat untuk hanya menulis tentang semua yang berbau sepak bola Argentina. Setahu saya, apa yang saya niatkan itu bisa terlaksana.
Bahkan ketika kehidupan saya digoncang masalah cukup besar, saya masih bisa istikomah untuk menulis yang berbau sepak bola Argentina di Kompasiana.
Kala itu, saya sudah menyiapkan diri untuk menulis Argentina di masa Piala Dunia 2018. Saya sudah siapkan di kepala. Tapi, karena satu dan lain hal yang tak bisa saya jelaskan, akhirnya saya berhenti menulis di Kompasiana kira-kira Januari 2018.
Momen Piala Dunia 2018 saya lewatkan tanpa menulis di Kompasiana. Di fase pertama saya di Kompasiana yakni pada 2017-2018, saya benar-benar baru.
Saya tak paham soal tradisi kunjung mengunjungi antar penulis. Saya hanya nulis saja di Kompasiana. Menulis dan pergi, lalu menulis lagi dan pergi dan seterusnya.
Yang saya cukup tercengang waktu itu, pembaca tulisan saya rata-rata ribuan. Jadi tulisan saya soal sepak bola Argentina itu pembacanya seingat saya rata-rata seribu ke atas.
Seperti yang saya ungkapkan. Akhirnya saya berhenti menulis di Kompasiana pada 2018. Dua tahun lebih sedikit, teman lama saya yang juga kompasianer senior, yakni Hadi Santoso memancing agar saya menulis lagi di Kompasiana.
Saya memulai menulis lagi di Kompasiana pertengahan Februari 2020. Sampai akhir Februari saya beberapa kali kesulitan menulis karena akun saya bermasalah. Entah mengapa jika saya klik "menulis", hanya muter-muter tak keruan.