Sebenarnya setahun pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma'ruf Amin adalah pada 20 Oktober 2020. Namun, tayangkan pada 21 Oktober 2020. Ya, ngga apa-apa telat sehari.
Jika melihat apa yang dialami Jokowi-KH Ma'ruf di tahun ini khususnya, maka itu adalah perjuangan yang luar biasa. Pemerintahan ini dihadapkan pada Covid-19 yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kegagapan itu juga terlihat bagaimana pemerintah seperti bingung membuat kebijakan.
Pemerintahan ini juga diserang dengan isu pengubahan Pancasila. Selain itu, juga diserang dengan Omnibus Law. Ada juga sorotan tajam soal kenaikan iuran BPJS Kesehatan di masa pandemi. Kenaikan iuran itu jelas memberatkan banyak orang.
Tapi saya pikir kesimpulan banyak seragan itu ya sama saja. Artinya, ada yang menilai bahwa Jokowi-Ma'ruf sudah melakukan tugasnya yang maksimal. Ada juga yang menilai bahwa Jokowi-Ma'ruf gagal total dalam masalah-masalah tersebut.
Namun, tulisan ini tak ingin membahas itu. Tulisan ini ingin membahas soal posisi Jokowi dan KH Ma'ruf Amin. Sejak mula, saya pernah menulis di Kompasiana juga, bahwa KH Ma'ruf Amin ini diposisikan seperti Boediono dalam pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono periode dua.
Sekalipun pembagian tugas memang ada, tapi Wakil Presiden di-setting untuk diposisikan "tak terlihat". Jadi Presiden jauh lebih berperan dan terlihat. Mungkin hal ini dilakukan agar tak ada dualisme pandangan di publik. Sebab, jika Wakil Presiden terlalu agresif agak membingungkan juga. Nanti publik akan bertanya, "Sebenarnya Presidennya siapa?"
Nah, mungkin karena itu, dipilih Wakil Presiden yang bisa berada di belakang. Saya sendiri selama ini melihat KH Ma'ruf Amin sudah menjalankan tugasnya sesuai dengan rencana itu. KH Ma'ruf jarang terlihat. Berpendapat di media massa pun sepertinya jarang dilakukan.
Kalau soal kerja, karena saya mengikuti Instagramnya, ya saya tahu apa yang sedang dilakukan KH Ma'ruf Amin. Karena kegiatan Wakil Presiden juga diunggah di Instagram. Maka, memang sudah sesuai rencana ketika Wakil Presiden cenderung tak terlihat di masa kini.
Nah, karena itu, kesan yang muncul adalah Presiden seperti bekerja sendirian. Sebab, Presiden lah yang sering muncul ke permukaan. Tapi, bisa juga ini dimaknai sebagai kesempatan Jokowi untuk berakselerasi sesuai dengan tujuannya atau janjinya di kampanye terdahulu. Sebab, dia lebih leluasa dan mendapatkan support dari belakang.
Saya menduga, jika tahun ini terlewati, maka tahun depan akan lebih aman. Saya menduganya bahwa di tahun depan Covid-19 mungkin tak akan seperti tahun ini.
Tentu itu dugaan sekaligus harapan. Jika benar seperti itu, apa yang dijanjikan Presiden bisa segera ditunaikan di tahun depan. Sehingga dua tahun periode Jokowi-Ma'ruf bisa lebih bagus lagi. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H