Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Siasat Prabowo dan Potensi Kerasnya Jokowi

14 Oktober 2020   09:19 Diperbarui: 14 Oktober 2020   09:21 775
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prabowo Subianto. Foto andreas lukas altobeli/kompas.com

Jangan dibayangkan bahwa politisi yang kontra dengan UU Cipta Kerja akan selalu berada di posisi membela buruh. Sebab, di politik, besok kawan, lusa teman. Maka, ketika kondisi pelik luar biasa, berada di tengah adalah pilihan yang tepat. Setidaknya itulah pandangan saya.

Presiden Joko Widodo. Antara foto/sigid kurniawan dipublikasikan Kompas.com
Presiden Joko Widodo. Antara foto/sigid kurniawan dipublikasikan Kompas.com
Jokowi
Prabowo seperti saya tulis di atas, masih mungkin mencalonkan diri sebagai Presiden. Tapi Jokowi sudah tak lagi bisa mencalonkan diri sebagai Presiden. Nah di periode kedua ini Jokowi tak akan terbebani dengan elektabilitas.

Jokowi bisa melenggang tanpa dibebani elektabilitas. Maka, saya menduga ketika Jokowi menginginkan sesuatu, dia akan keras mengusahakannya. Dia akan berjalan tanpa memikirkan tentang elektabilitas.

Coba kita lihat Jokowi periode pertama dengan yang kedua. Di periode pertama, Jokowi dihadapkan dengan situasi pelik Jenderal Polisi Budi Gunawan kala itu. Ada dua dorongan tentang Budi Gunawan yakni menjadi Kapolri dan dorongan agar kasusnya di KPK diprioritaskan.

Apa yang dilakukan Jokowi di periode pertama? Dia mau mendengarkan pandangan sebagian masyarakat. Akhirnya Budi Gunawan tak dipilih jadi Kapolri. Kemudian, setelah polemik Budi Gunawan mereda, Jokowi menemukan jalannya. Jokowi melantik Budi Gunawan sebagai Kepala BIN dan mendapatkan pangkat jenderal penuh.

Di periode kedua, Jokowi sudah berjalan dengan pendiriannya. Ingat revisi UU KPK yang memunculkan demo yang luar biasa itu. Jokowi tetap berada di posisinya dan tetap ada revisi UU KPK.

Lihat soal iuran BPJS Kesehatan. Dikalahkan di MA, Jokowi tetap berpendirian keras dengan kembali membuat aturan kenaikan iuran BPJS Kesehatan. Kemudian pemerintah menang pada "laga kedua" di MA.

Kini saya menduga RUU Cipta Kerja akan kembali dipertahankan Jokowi. Kenapa? Karena itulah yang dia bicarakan ketika debat pilpres. Dalam empat tahun ke depan, Jokowi sepertinya akan seperti itu. Karena dia tak lagi punya beban elektabilitas dan kinerja politik merangkulnya telah membuahkan hasil. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun