Ini bukan tulisan tentang sepak bola. Tapi ini semangat yang bisa dijadikan contoh siapa saja. Semangat soal terus berjuang. Tapi, jika pun ada yang memaknai semangat sebagai ambisi, ya silakan saja.
Ini soal semangat kesempatan ketiga. Kesempatan ketiga yang diyakini Jurgen Klopp. Kesempatan ketiga yang dinyatakan oleh Khofifah Indar Parawansa. Kesempatan ketiga yang mungkin akan didapatkan Prabowo Subianto.
Jurgen Klopp, pelatih Liverpool itu dulu pernah bilang bahwa dia yakin dengan kesempatan ketiga. Dia meyakini itu sebagai orang Jerman. Katanya, kesempatan ketiga adalah kesempatan keberhasilan. Jika di dua kesempatan gagal, maka di kesempatan ketiga berhasil.
Itulah keyakinan Jurgen Klopp. Tapi, keyakinan itu tak menjadi syarat tunggal. Klopp tentu saja harus merealisasikan keyakinan itu adalah bentuk kerja keras. Kapan keyakinan akan kesempatan ketiga itu diungkapkan Klopp? Itu terjadi saat dia untuk kali ketiga membawa tim yang dia latih ke final Liga Champions.
Klopp membawa Liverpool ke final Liga Champions pada 2019. Itu adalah kesempatan ketiga bagi Klopp. Kesempatan pertama terjadi pada 2013. Saat itu, Klopp membawa Borussia Dortmund ke final Liga Champions. Sayangnya, Dortmund kalah 1-2 dari Bayern Munchen.
Kesempatan kedua Klopp terjadi tahun 2018. Saat itu, Liverpool lolos ke final Liga Champions. Sayang di final Liverpool kalah 1-3 dari Real Madrid. Nah, di tahun 2019, menjadi kesempatan ketiga bagi Klopp untuk mengangkat trofi Liga Champions. Sebelum final dimulai Klopp yakin bahwa kesempatan ketiga adalah keberhasilan.
Seperti kita ketahui, Liverpool pun juara Liga Champions dengan mengalahkan Tottenham Hotspur 2-0. Tapi sekali lagi, keyakinan itu juga disertai dengan usaha yang keras. Klopp telah membangun tim itu dengan sangat baik. Salah satu usaha keras itu terjadi ketika semifinal.
Liverpool yang tertinggal 0-3 dari Barcelona di leg pertama, mampu membalikkan keadaan. Liverpool mampu mengalahkan Barcelona 4-0 di leg kedua. Imbasnya Liverpool bisa lolos ke final.
Itulah gambaran keyakinan kesempatan ketiga dari Klopp. Keyakinan yang kemudian menjadi nyata. Di dunia politik, kesempatan ketiga itu juga pernah dialami Khofifah Indar Parawansa. Saya tak tahu apakah Khofifah punya keyakinan seperti Klopp. Tapi, faktanya Khofifah mendapatkan hasil bagus di kesempatan ketiga.
Apa yang dialami Khofifah adalah saat dia bertarung di Pilkada Jawa Timur. Di kesempatan pertama terjadi di 2008. Sata itu Khofifah maju di Pilkada Jawa Timur berpasangan dengan Mudjiono. Namun, pada kesempatan itu Khofifah kalah dari Soekarwo-Saifullah Yusuf.
Diketahui, pada Pilkada Jawa Timur 2008 ini ada lima pasangan yang bertarung. Pasangan tersebut adalah Khofifah-Mudjiono (Kaji), Sutjipto-Ridwan Hisjam (SR), Soenarjo-Ali Maschan Moesa (Salam), Achmady-Suhartono (Achsan), dan Soekarwo-Saifullah Yusuf (KarSa). Di putaran pertama, KaJi dan Karsa berada di posisi dua teratas. Imbasnya Pilkada dilaksanakan dua putaran. Bahkan karena ada putusan MK, maka Pilkada kemudian dilaksakanan tiga putaran. KarSa menang.
Lima tahun berikutnya, Khofifah kembali maju di Pilkada Jawa Timur. Khofifah yang berpasangan dengan Herman Sumawiredja kembali kalah dari Soekarwo-Saifullah Yusuf. Â Di Pilkada ini ada empat pasangan calon. Selain Khofifah-Herman dan Soekarwo-Saifullah Yusuf, ada juga Babang DH-Said Abdullah dan Eggi Sudjana-M Sihat. Hasilnya, pilkada yang tak ada lagi putaran kedua itu dimenangkan kembali oleh Soekarwo-Saifullah Yusuf.
Khofifah kemudian maju lagi di Pilkada Jawa Timur 2018. Dia berpasangan dengan Emil Dardak. Khofifah melawan Saifullah Yusuf-Puti Guntur Soekarno. Hasilnya, Khofifah menang. Khofifah dalam kasus ini mirip Jurgen Klopp, yakni menang di kesempatan ketiga. Uniknya di Pilkada 2018, Soekarwo yang dua kali jadi lawan Khofifah, malah mendukung Khofifah, bukan mendukung Saifullah Yusuf.
Nah, kesempatan ketiga juga bisa terjadi pada Prabowo di Pilpres 2024. Tentunya dengan syarat dia maju di kontestasi Pilpres. Seperti diketahui, Prabowo dua kali kalah dalam kontestasi Pilpres sebagai calon Presiden.
Pada 2014, Prabowo yang berpasangan dengan Hatta Rajasa kalah dari Jokowi-Jusuf Kalla. Pada 2019, Prabowo yang berpasangan dengan Sandiaga Uno kalah dari Jokowi-Ma'ruf Amin. Nah, jika Prabowo yakin dengan kesempatan ketiga, bisa saja dia akan maju di Pilpres 2024.
Yang patut ditunggu adalah apakah Jokowi yang dua kali jadi rival Prabowo akan mendukung Prabowo, seperti Soekarwo mendukung Khofifah? Arah ke sana tentu ada karena Jokowi dan Prabowo saat ini ada di satu pemerintahan.
Tapi, satu hal yang juga harus ditekankan bahwa keyakinan juga berbarengan dengan kerja keras. Hanya modal keyakinan saya pikir tak akan cukup bagi Prabowo untuk menang di Pilpres 2024. Masih lama, masih empat tahun lagi. Tapi sampai saat ini Prabowo masih berada di posisi tertinggi dalam hal elektabilitas. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H