Tak sepakat dengan kebijakan Anies Baswedan sebagai Gubernur Jakarta adalah hak tiap warga negara. Tidak sepakat dengan Anies bukan berarti bahwa sang gubernur bisa digempur berita hoax yang tak mengenakkan.
Sejak Jumat pekan lalu, ada kabar hoax yang menyebutkan bahwa Anies Baswedan dilarikan di rumah sakit. Â Bahkan, ada kabar yang menyebutkan bahwa Anies terkena Covid-19. Namun, semua kabar berantai itu akhirnya terkonfirmasi.
Pada Jumat, pekan lalu, Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta M Taufik membantak kabar Anies ke dilarikan ke rumah sakit. Seperti diberitakan warta kota, Taufik bilang bahwa Anies baik-baik saja. Minggu (4/10/2020), giliran Wakil Gubernur DKI Jakarta Riza Patria membantah kabar Anies dilarikan ke rumah sakit.
***
Dalam tataran politik dan pemerintahan, debat atau perbedaan pendapat yang mengemuka ke publik adalah hal yang biasa. Artinya setiap pemerintahan atau perpolitikan memang menjadi ruang untuk munculnya perbedaan pendapat. Â
Perbedaan pendapat itu salah satunya untuk menjelaskan bahwa bisa jadi dalam politik dan pemerintahan tak sesuai dengan yang diinginkan masyarakat. Maka, perlu ada tanggapan atau kritik terkait kebijakan pemerintah.
Anies tentu adalah bagian dari sistem yang memunculkan perbedaan pendapat itu. Apalagi, dai adalah Gubernur DKI Jakarta. Jadi sebenarnya hal yang wajar jika Anies terus digempur oleh kritik. Hal malah bisa menjadi saran perbaikan untuk pemerintahan DKI Jakarta.
Hanya sayangnya, kadang kritik itu terlalu dimasukkan ke hati. Kadang tidak suka pada kebijakan Anies malah justru berpotensi menyerang pribadi. Serangan yang tak berdasarkan data atau kabar yang menyebar tak berdasarkan data yang benar. Tentu hal ini melukai kebebasan berpendapat dalam demokrasi. Kebebasan berpendapat malah digunakan untuk menyebarkan informasi tak benar.
Informasi yang tak benar itu bisa merusak tatanan. Bisa memunculkan dugaan negatif yang macam-macam. Dalam konteks pemerintahan, bisa membuat gaduh yang berimbas negatif. Maka, sudah selayaknya hentikan informasi yang tidak benar itu.
***
Tak hanya Anies, Presiden Jokowi pun juga pernah diserang informasi hoax. Misalnya saja ketika ada foto di mana Jokowi bersama para tokoh PKI. Tentu saja kabar itu sangat-sangat hoax. Karena Jokowi lahir pada 1961, sementara ramai-ramai foto yang ada wajah Jokowi itu adalah foto kisaran tahun 1965.
Kan aneh ketika baru usia 4 tahun, Jokowi sudah terlihat dewasa. Nah, kabar-kabar hoax yang menyudutkan sosok tertentu harus dihentikan. Berbeda pendapat perlu dengan data dan tak lalu membuat kabar bohong.
Di sisi lain, kita sebagai orang awam perlu melihat informasi dengan jernih. Jika ada kabar tentang satu hal, maka kebenaran kabar itu perlu dicek. Salah satunya adalah melihat kembali sumber kabar itu. Dari mana sumber kabar itu? Jika sumbernya tak jelas, maka tak perlu digagas.
Jika kabar hoax itu menjadi konsumsi kita sehari-hari, maka hanya akan memunculkan kekacauan.Tak baik juga bagi negara kita. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H