Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Melawan Hantu

30 September 2020   14:03 Diperbarui: 30 September 2020   14:10 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. kompas.com/dani julius

Tentu yang kuajak bicara hanya diam saja. Tapi wajahnya mulai mendongak ke atas. Waduh, matanya merah, menyorot tajam. "Hei per...gi, aku ngga punya apa-apa. Ma..ling sa...ja males sama aku. Masa ka..mu ngga males?"

Aku masih nangkring di atas setengah pohon kelapa. Aku sebenarnya sudah cukup berani, tapi akhirnya buang air kecil juga. Sialan malam ini. "Aku ba..pak baik-baik. Sua..mi baik baik. Ngga per..nah selingkuh. Paling cuma sama Si..ti, pembantu sebelah" aduh sial keceplosan lagi.

Aduh, pelan-pelan aku merosot juga. Aku merasa seperti semakin dekat dengan hantu itu. Akhirnya aku lemparkan parangku ke kepalanya. Tapi tak kena. Kepalanya seperti tembus pandang. Tangannya juga seperti mau meraih kakiku.

"Pergiiiii," kataku makin parau karena seperti menahan tangis. "Sial kamu," kataku seperti menangis tapi tak lagi terbata-bata.

"Kamu sial tahu ngga!! Aku ngga punya uang, tipis uangku. Istriku hamil. Mertuaku minta duit. Anak sulungku sakit. Sial kamu! Ini mau pilkada aku ngga dapat duit sepeserpun. Aku ngga dapat proyek spanduk. Sial kamu!" kataku.

"Ini kan masa pandemi, harus jaga jarak. Pergi kamu! Kenapa kamu ngga ikut demo saja sana. Ngga usah di desa seperti ini," kataku dengan suara sangat parau. Tapi hantu itu diam saja.

Aku makin tak tahan menahan tubuh. Aku makin merosot. Aku menangis keras sekali. " Tolooong," suaraku sudah kering. "Sial kamu!," aku sudah sangat dekat dengan hantu itu. Tangan hantu itu direntangkan, seperti ingin mencekik aku.

Aku sudah tak punya apa-apa. Lari juga kesulitan kalau tegang seperti ini. Aku pengin doa, juga bingung doa apa. Sudah lama ngga beribadah juga. "Sial semua lah," kataku menggerutu. Aku makin merosot dan tangan hantu itu benar-benar makin dekat denganku. Dia ingin merengkuhku. Aku spontan baca doa makan saja, seperti yang pernah aku lihat di TV. Eh hantunya menghilang. Mungkin takut aku makan hehehe.

Syukurlah, akhirnya aku bisa lega melewati satu hadangan. Aku agak lunglai dan pulang. Sesampai di rumah aku rebahan. "Kelapa mudanya mana kelapa mudanya? Kelapa muda paaaaak," kata istriku tinggi.

"Waduh, aku sudah ngambil kelapa muda apa belum ya?" kataku bingung sendiri. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun