Bapak Dua
Satu ketika, Mardi yang wakil ketua wakil rakyat itu diminta memberi sambutan. Mardi yang dikenal apa adanya itu hanya lulusan SD. Dia pun mempersiapkan diri sebaik mungkin.
Di masa itu, komputerisasi memang belum gencar. Maka pihak kesekretariatan membuat tulisan dengan tulisan tangan. Tulisan tangan yang nantinya akan dibaca Mardi saat memberi sambutan.
Karena tulisan tangan, maka ada beberapa kata yang disingkat. Mardi yang apa adanya itu langsung membaca kertas dari kesekretariatan untuk memberi sambutan. "Bapak dua, ibu dua, Assalamualaikum we er we be...." Mardi membaca persis seperti yang tertera di kertas. Sebagian hadirin tertawa lepas, sebagian lagi tetap serius karena tak paham apa kesalahan Mardi.
Data Base
Demo mahasiswa sempat ricuh di depan kantor wakil rakyat itu. Lalu, sebagian mahasiswa diberi kesempatan masuk untuk menyampaikan aspirasi pada wakil rakyat.
"Harusnya Anda para wakil rakyat itu punya data base yang kami perlukan. Anda-anda tak bisa seperti itu," kata seorang mahasiswa dengan suara tinggi.
Parjan, wakil rakyat yang juga sering naik pitam, dari belakang berbicara dengan suara keras dan berat. "Hei anak muda, kamu salah alamat. Kalau mencari data base, silakan ke terminal. Di sana pasti ada," sanggah Parjan.
Parjan pikir base itu adalah bus, angkutan umum yang banyak di terminal. Rebo, wakil rakyat yang lain juga memberi tanggapannya. "Saya sepakat dengan kawan Parjan," kata Rebo yang lahirnya hari Kamis itu.
***
Aku simpan cerita itu. Cerita yang sudah lama terjadi. Kala itu, adalah masa negeri itu baru saja terjadi suksesi kepemimpinan. Aku sudah lama sekali tak tahu lagi kabar negeri itu.
Satu kali aku iseng mencari nama-nama wakil rakyat yang lucu itu di dunia maya. Aku temukan sebagian di antara mereka. Mereka kembali menjadi rakyat dan bergulat dengan lumpur, keringat, dan bahkan darah.