Nilai ini juga bisa dikaitkan dengan keagamaan seseorang. Bagaimana nilai-nilai agama juga ditekankan pada anak kecil. Saya bicara begini karena saya beragama. Kalau yang tak beragama ya mereka mungkin punya nilai sendiri.
Kalau nilai-nilai dasar ini sudah dipegang kuat, maka kemudian adalah menginjak pada hal yang kedua yakni soal keterbukaan pikiran. Berpikiran terbuka bukan untuk mengaburkan nilai yang dipegang, tapi untuk menjelaskan bahwa hidup itu beragam.
Semakin berpikiran terbuka semakin bisa paham kenapa ada orang seperti X, kenapa ada orang seperti Y. Sehingga, kita tak mudah memberi label negatif pada orang yang berbeda dengan kita. Berpikiran terbuka bisa dilakukan dengan banyak cara. Misalnya melihat realitas yang berbeda.
Jika kau anak petani maka setelah paham dan memegang teguh nilai petani, sekali kali pergi ke pesisir untuk melihat nelayan. Bahwa hidup itu bukan hanya petani, tapi juga nelayan, juga profesi yang lain. Tentu tipikalnya berbeda antara petani dan nelayan. Petani panen tiga atau empat bulan sekali, sementara nelayan panen tiap dia bernelayan.
Kalau sudah punya akar dan terbuka pikirannya, maka tinggal mencari pengayaan pengetahuan yang lain. Pada puncaknya adalah orang yang kuat dengan pendirian, tapi bisa menerima perbedaan. Lebih puncak lagi, akan menjadi manusia yang paham bahwa hidup itu harus bernilai dan beragam. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H