Namun, semua harapan itu hancur berantakan. Di Maria tak cocok dengan keputusan pelatih MU saat itu Louis van Gaal yang tak memainkannya di posisi sayap. Di Maria bahkan sempat tak menjadi pemain inti dalam delapan laga.
Dalam satu musim di Inggris, Di Maria hanya merumput 32 laga dan mencetak empat gol. Namun, untuk urusan assist sebenarnya Di Maria cukup bagus. Dia mampu membuat 12 assist selama di MU. Namun, assist yang banyak itu tertutup oleh performa Di Maria secara umum. Akhirnya di pergi ke PSG di musim 2015-2016.
![Gonzalo Higuain. foto AFP/ADRIAN DENNIS dipublikasikan kompas.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/09/21/higuain-5f67e29b097f3649ac52d992.jpg?t=o&v=555)
Gonzalo Higuain adalah momok lini belakang lawan. Selama di Real Madrid dan di Liga Italia, Higuain adalah pencetak gol ulung. Bahkan, dia adalah pencatat rekor pencetak gol terbanyak Liga Italia dalam satu musim. Pada musim 2015-2016, Higuain membuat 36 gol untuk Napoli dalam satu musim Liga Italia. Namun, saat bermain di Chelsea, segala kehebatan Higuain sirna seketika.
Dia hanya setengah musim berada di Chelsea pada musim 2018-2019. Total, Higuain hanya membuat lima gol dari 19 laga. Kini, lelaki yang sudah berusia 32 tahun itu kembali ke klub yang memilikinya, Juventus.
![Hernan Crespo. foto ODD ANDERSEN/AFP dipublikasikan kompas.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/09/21/hernan-crespo-5f67e2d0d541df32af2cbd72.jpg?t=o&v=555)
Hernan Crespo adalah predator yang menakutkan selama di Liga Italia. Dia pernah menjadi pencetak gol terbanyak Liga Italia dengan 26 gol pada musim 2000-2001. Kemudian, di usia 28 tahun pada 2003, Crespo memutuskan berlabuh di Chelsea.
Namun, di klub asal London itu, ketajaman Crespo melempem. Di musim pertama itu dia hanya membuat 12 gol di semua ajang. Akhirnya Crespo dipinjamkan ke AC Milan semusim. Pada 2005-2006 Crespo kembali ke Chelsea. Namun, Crespo tetap saja tak bisa mengilap. Di musim 2005-2006 Crespo hanya membuat 13 gol. Setelahnya dia dipinjamkan ke Inter Milan.
5. Gabriel Heinze
Gabriel Heinze adalah andalan Paris Saint-Germain (PSG) di lini belakang dari 2001 sampai 2004. Tak hanya di PSG, Heinze juga menjadi andalan lini belakang Timnas Argentina mulai 2003. Kemudian, dia berlabuh di Manchester United (MU) di musim 2004-2005. Sayangnya di MU dia tak terlalu mengilap, khususnya di musim 2002-2003 dia hanya bermain empat kali.
Hubungan dengan Sir Alex Ferguson yang tak baik juga membuat kondisi Heinze di MU makin runyam. Dia pun mengaku pernah meminta agar dijual ke seteru MU, yakni Liverpool. Itulah yang membuat hubungan Heinze dengan MU makin tak keruan.