Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ngeri! Terduga Korban Pelecehan Malah Disudutkan

20 September 2020   19:17 Diperbarui: 20 September 2020   19:28 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia maya ramai soal wanita yang mengaku dilecehkan oknum dokter setelah rapid test. Wanita itu membeberkan cerita dirinya diperas dan dilecehkan. Tapi, ada juga respons dari netizen yang malah menyudutkan.

Cerita berawal dari seorang wanita berinisial LHI yang melakukan rapid test di Bandara Soekarno Hatta, Minggu (13/9/2020). Dia dinyatakan reaktif. Kemudian ada oknum dokter yang mengaku bisa mengubah laporan LHI menjadi nonreaktif. Oknum dokter laki-laki itu pun meminta sejumlah uang.

Uang Rp 1,4 juta diberikan LHI pada oknum dokter itu. Selain itu, LHI malah dilecehkan ketika oknum dokter melakukan hal tak senonoh. Cerita itu diunggah di twitter.

Namun, ada saja yang justru menyudutkan terduga korban. Kata-katanya tak mengenakkan. Terduga korban malah dinilai macam-macam karena tak berteriak saat insiden itu terjadi.

Dilema
Saya pikir wanita yang jadi korban pelecehan akan mengalami dilema. Saya pikir, mungkin tak semua wanita mau mengungkap ke publik tentang hal buruk yang dia alami. Di sisi lain, jika tak diungkap bisa tak akan memberi efek jera atau penghukuman pada para lelaki nakal.

Saya menduga LHI bercerita di dunia maya tentang apa yang dia alami, dengan berat hati. Nah, wajarnya (terlepas kebenaran cerita LHI yang memang harus dibuktikan), netizen memiliki empati. Bukan malah menyudutkan. Bayangkan saja, ada orang mengaku jadi korban, malah disudutkan.

Komnas Perempuan
Terus terang saya tak terlalu paham soal ruang bagi wanita korban pelecehan. Ruang yang saya maksud adalah ruang baginya untuk lepas bercerita tentang apa yang dia alami.

Jika memang belum maksimal, maka lembaga Komnas Perempuan dan jejaringnya di banyak daerah bisa menjadi wadah bagi para wanita korban pelecehan untuk bercerita. Bisa juga bersinergi dengan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Saya menduga, perempuan akan lebih lepas cerita pada perempuan. Setelah cerita, maka bisa diformulasikan langkah selanjutnya. Termasuk apakah akan diteruskan ke kepolisian?

Jadi, cerita kasus pelecehan itu bisa terlokalisir dan tidak melebar ke mana-mana. Lalu, Komnas Perempuan dan kawan kawan cukup merilis laporan secara garis besarnya saja. Termasuk merilis berapa jumlah kasus yang dilaporkan ke polisi dan bagaimana progresnya.

Sebenarnya bisa juga korban langsung melapor tindakan pelecehan yang dialami ke kepolisian. Namun, kalau memang tidak berani mengungkap langsung ke kepolisian, ya lewat lembaga perempuan yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun