Aktivis hak asasi manusia (HAM) Munir meninggal dunia diracun pada 7 September 2004. Hari ini adalah peringatan 16 tahun kematian Munir. Sudah lama sekali kasus ini terjadi, tapi tak pernah terungkap siapa otak pembunuhan Munir. Kasus Munir dan kasus-kasus lain di masa lalu yang tak terselesaikan itu, hanya jadi komoditas politik.
Munir meninggal dunia diracun di atas pesawat Garuda dalam perjalanan menuju Belanda. Munir ke Belanda untuk urusan studi. Saat sampai di Bandara Schipol, Amsterdam, Belanda, Munir sudah meninggal dunia. Kepolisian Belanda kemudian menjelaskan hasil autopsi bahwa dalam tubuh Munir ada racun arsenik yang mematikan.
Namun, pihak Kepolisian Belanda tak mau mengusut kasus kematian Munir. Sebab, Munir bukan warga Belanda dan kematian tersebut tidak terjadi di pesawat milik Belanda.
Pengusutan kasus pun dilakukan di Indonesia. Dalam kasus Munir ini, awalnya ada satu orang yang diseret ke pengadilan. Dia adalah Pollycarpus Budihari Priyanto. Polly adalah pilot senior Garuda yang satu pesawat dengan Munir. Polly adalah orang yang dituduh meracuni Munir.
Di pengadilan tingkat pertama, Polly terbukti sebagai pembunuh Munir dan dihukum 14 tahun penjara. Namun, pada tingkat kasasi di MA, Polly dinyatakan tak terbukti membunuh Munir. Polly hanya terbukti memalsukan surat. Di tingkat kasasi itu, Polly hanya dihukum dua tahun penjara.
Kemudian, jaksa mengajukan peninjauan kembali. Hasilnya, dalam peninjauan kembali itu, Polly dinyatakan bersalah sebagai pembunuh Munir. Polly kemudian dihukum 20 tahun penjara.
Polly dinilai sebagai aktor di lapangan. Polly memang tak memiliki hubungan erat dengan Munir. Maka, kemudian siapa otak kasus pembunuhan itu belum terungkap. Muchdi Pr yang dulunya merupakan orang Badan Intelijen Negara (BIN) pernah diproses sampai persidangan.
Namun, pengadilan tingkat pertama dan kasasi menyatakan Muchdi tak terkait pembunuhan Munir. Muchdi pun bebas. Diketahui, Muchdi kini adalah Ketua Umum Partai Berkarya.
Maka, hingga saat ini, hanya Polly yang terjerat dalam kasus pembunuhan Munir. Tentu menjadi pertanyaan besar mengapa hanya aktor lapangan yang terjerat.
Sementara, siapa di balik pembunuhan Munir belum terkuak. Sekadar diketahui, Munir adalah aktivis HAM. Dia melakukan banyak sekali advokasi dalam kasus-kasus HAM.
Nama Munir melambung pada masa akhir Orde Baru. Dia bersama kawan-kawannya membentuk Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS). Dia mengadvokasi banyak kasus. Dugaan yang muncul adalah bahwa aksi Munir itu membuat gerah kelompok tertentu hingga akhirnya pembunuhan pun dilakukan.