Ini hanya khayalan saja. Tak tahu apakah sudah ada atau belum. Khayalan bahwa buang hajat pun dijadikan ladang bisnis. Buang hajat adalah prestise karena didesain sedemikian rupa.
Buang hajat di ketinggian. Di dataran tinggi. Toilet itu bisa naik seperti naiknya lift. Jadi jika ingin buang hajat, toilet itu diduduki lalu berjalan ke atas. Di ketinggian itu, tidak hanya ada satu toilet, tapi ada beberapa toilet.
Saat di ketinggian, bagian perut ke bawah terbungkus tak terlihat. Bagian perut ke atas bisa terlihat sehingga orang yang buang hajat bisa melihat pemandangan di dataran rendah yang indah. Pernik lalu lintas jalan, sawah, rumah-rumah terhampar kecil-kecil. Melihat pemandangan diiringi semilir angin dataran tinggi. Asal tak hujan saja, tentu enak jadinya.
Lalu, di sekitar toilet di atas awan itu ada banyak kamera  otomatis guna mengabadikan kegiatan buang hajat. Itu akan jadi foto atau video penanda bahwa kamu adalah orang berkelas.
Orang berkelas karena bisa buang hajat di atas awan dengan tarif buang hajat Rp40 ribu per 15 menit. Berkelas karena jumlah toilet itu terbatas sehingga banyak orang antre untuk buang hajat di ketinggian.
Jika media sosialmu penuh dengan foto dan video buang hajat di atas awan, maka itu keren. Kau juga bisa mengungkapkan sensasinya melalui video otomatis itu. Sensasi buang hajat di ketinggian.
Lalu, untuk sejenak bersantai, sediakan saja di samping toilet itu segala bacaan. Jika  toilet yang lain ada penggunanya, kalian bisa sambil ngobrol. Ngobrol sembari buang hajat. Bisa dibayangkan bagaimana buang hajat ngobrol dan pas ngobrol memberi ekspresi bahwa sedang "mau keluar".
Kalian sembari ngobrol bisa diabadikan melalui kamera otomatis itu, baik video atau foto. Bahkan ekspresi terjelek kalian bisa diekspresikan di ketinggian. "Haiiii, kami pengunjung pertama toilet di atas awan," begitu kira-kira ucapannya.
Kalau tak suka ngobrol saat buang hajat, maka disediakan penutup telinga dengan banyak lagu. Lagu-lagu yang bisa membuat buang hajat menjadi lancar. Lagu-lagu yang menenangkan.
Zaman semakin maju, apapun dijadikan duit. Hal yang sudah ditinggalkan pun kemudian dipermak dan "menjadi yang lain" untuk kemudian jadi ladang uang. Contohnya adalah settingan dapur rumah zaman dahulu.
Saya lihat ada teman yang berfoto sekeluarga memakai baju zaman dahulu dengan latar dapur rumah masa lalu. Ada cangkul, ada tempat menanak nasi kuno, dan lainnya. Untuk berfoto di tempat itu dengan settingan itu ya harus bayar.
Sesuatu yang sudah kita tinggalkan ternyata bisa dipermak dan jadi ladang uang. Semakin ke sini kadang semakin aneh, semakin tak terpikirkan sebelumnya. Maka tak menutup kemungkinan jika buang hajat juga bisa diperdagangkan dengan nilai rupiah yang wah. Mungkin saja kan? (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H