Yashna' al-Maulid bi al-Munkart, Al-Durar al-Muntasyirah f al-Masil al-Tis'a 'Asyarah.
Dua jalur hidup KH Hasyim yakni negara dan agama, berjalan sama baiknya. Cerita hidup KH Hasyim pun menjelaskan bahwa antara negara dan agama tak saling melunturkan, bisa berjalan beriringan dengan baik,
KH Hasyim dan ulama plus pejuang kemerdekaan lain di masa lalu, telah menurunkan dua jalur beriringan itu pada banyak murid-muridnya. KH Hasyim yang ulama juga telah menerima Pancasila sebagai dasar negara.
Potret KH Hasyim masih diikuti oleh ulama masa kini. KH Maimoen Zubair yang wafat tahun 2019, menjelaskan identitas nasionalismenya. Pada 2015 di usia hampir 90 tahun, Mbah Moen, begitu biasa disapa, tegak berdiri ketika lagu kebangsaan Indonesia Raya dikumandangkan dalam Muktamar Nahdlatul Ulama.
Mbah Moen, juga berkali-kali menjelaskan bahwa yang nomor satu baginya bukan NU, tapi Garuda (Indonesia). Keilmuan di bidang agama dari Mbah Moen tak usah diragukan. Sebab, dari Mbah Moen lah muncul santri seperti Gus Baha, Gus Anam (Banyumas), dan juga putra-putri Mbah Moen sendiri. Di tengah kaya ilmu agama, Mbah Moen tetap mengakar dengan nasionalisme.
KH Mustofa Bisri, beberapa hari lalu juga lesu berbicara soal sang Saka Merah Putih yang tak berkibar di hari kemerdekaan di Alun-alun Kota Rembang. Gus Mus, begitu biasa disapa mengingatkan atau lebih tepatnya menampar pada kita yang kadang lupa memasang bendera negara kita. Bendera yang didapatkan dengan peluh keringat dan kucuran darah. Gus Mus, juga seorang ulama, pengasuh pondok pesantren. Gus Mus juga tetap memegang nasionalisme.
Apa yang disemai KH Hasyim dan ulama nasionalis lain di masa lampau, juga tetap terjaga di masa kini. Sampai masa kini pun, banyak yang membuktikan dan melaksanakan perintah agama dan memegang teguh nasionalisme. Sebab, memang antara negara dan agama atau Indonesia dengan Islam, tak saling melunturkan.
Kaum muslim pun bisa memegang nasionalisme dan tetap bisa menjalankan kewajiban sebagai muslim, seperti salat, puasa, zakat, dan haji bila mampu.
Lalu, di tengah deru zaman yang semakin riuh ini, masih layakkah mempertentangkan Indonesia dengan Islam. Karena faktanya keduanya bisa saling mendukung dan tak melunturkan. Mungkin hanya mereka yang tak punya kerjaan saja yang membenturkan Indonesia dengan Islam. Bisa jadi mereka yang membenturkan Indonesia dengan Islam adalah mereka yang mencari nafkah dengan cara seperti itu. Menyedihkan! (*)
Referensi
Saputra, Inggar. 2019. Resolusi Jihad: Nasionalisme Kaum Santri Menuju Indonesia Merdeka. Jurnal Islam Nusantara. Link