Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Di Kampung Ahok, PDIP dan Demokrat Bermesraan

29 Juli 2020   15:00 Diperbarui: 29 Juli 2020   14:53 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga melintas di depan mural bertema pemilihan umum di kawasan Pasar Anyar, Kota Tangerang, Banten, Kamis (7/5/2020). ANTARA FOTO/FAUZAN dipublikasikan Kompas.com

PDI Perjuangan (PDIP) dan Partai Demokrat terkesan tak bisa akur. Tapi faktanya, mereka pun bisa bermesraan di kampung halaman mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Belitung Timur, Bangka Belitung.

Namun, kemesraan keduanya bukan untuk mengusung Ahok. Seperti dikutip Kompas.com, PDIP dan Demokrat, Hanura, Perindo, PBB, NasDem berkoalisi di Pilkada Belitung Timur. Partai-partai itu mengusung anak dari pakar hukum Yusril Ihza Mahendra yang bernama Yuri Kemal Fadlullah.

Yuri akan berpasangan dengan Nurdiansyah dalam Pilkada Belitung Timur 2020. Pasangan tersebut kemungkinan akan melawan koalisi Partai Golkar dan PKS yang rencananya mengusung incumbent wakil bupati.

Jika peta politik tak berubah, maka bupati incumbent yang juga saudara Yusril Ihza Mahendra yakni Yuslih Ihza Mahendra tak bisa maju melalui parpol.

Peta politik yang mempersatukan PDIP dengan Demokrat membantah ujaran Ketua DPP PDIP Djarto Saiful Hidayat. Sebelumnya Djarot bilang bahwa PDIP sulit berkoalisi dengan Demokrat di pilkada.

Adanya kemesraan PDIP dengan Demokrat di daerah sebenarnya bukan kali pertama terjadi. Saat Pilkada Jawa Tengah 2018, PDIP dan Demokrat berkoalisi untuk mengusung Ganjar-Taj Yasin.

Fenomena PDIP berkoalisi dengan Demokrat juga menjelaskan bahwa politik itu sangat cair. Dalam politik apapun mungkin terjadi. Jika di pusat, dua parpol berlawanan maka di daerah, dua parpol itu bisa berkawan.

Dengan kepentingan yang berbeda dan area politik yang berbeda, maka teman bisa jadi lawan dan sebaliknya. Fenomena PDIP dan Demokrat di Belitung Timur juga memberi pesan secara tak langsung pada masing-masing simpatisan partai.

Pesan yang muncul adalah bahwa simpatisan partai tak perlu sangat mendalam mencemooh partai lain hanya karena beda pilihan di pilpres. Karena faktanya di kontestasi yang lain, mereka yang dicemooh malah jadi kawan koalisi.

Pesan koalisi PDIP dan Demokrat di Belitung Timur juga menjelaskan pada masyarakat awam bahwa politik itu tidak pasti. Dalam hal sikap politik elektoral, parpol bisa berubah secara cepat sesuai dengan kepentingan yang ingin dicapai.

Maka, bagi masyarakat biasa tak perlu terlalu meresapi sikap parpol terkait politik elektoral. Anggap saja sikap parpol soal politik elektoral sebagai hal biasa. Buat hiburan saja. 

Sementara itu, diketahui hubungan PDIP dengan Partai Demokrat di pusat memang cenderung tak harmonis. Hal ini terjadi sejak Pilpres 2004 di mana PDIP mengusung Megawati-Hasyim Muzadi dan Demokrat mengusung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Jusuf Kalla. Di Pilpres itu, SBY mengalahkan Megawati.

Hingga tiga pilpres berikutnya, dua partai ini selalu berseberangan. Dalam beberapa kesempatan polemik dan perdebatan terjadi antara kader PDIP dan Demokrat tentang isu-isu terkini. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun