Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Sepak bola Argentina

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Teraniaya Dituduh Tak Islami, Doa "Klepon" Akan Mujarab

22 Juli 2020   07:31 Diperbarui: 22 Juli 2020   07:51 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jangan menganiaya, karena doa mereka yang teraniaya akan mujarab. Seperti itulah pelajaran yang sering kita dapatkan dari guru Agama Islam kita. Bagi saya, menuduh sesuatu tidak Islami tanpa dasar yang jelas adalah bentuk penganiayaan psikologis.

Maka, menuduh klepon sebagai tak Islami, jelas bentuk penganiayaan. Maka doa "klepon" pun akan sangat mujarab. Saya memberi kutipan kata klepon untuk menjelaskan bahwa yang dimaksud adalah mereka yang berjuang membuat klepon.

Sebelum lebih jauh, saya ingin mejelaskan sebentar soal fenomena klepon yang viral itu. Intinya di twitter ada pedagang atau pengusaha kurma yang bilang bahwa klepon tak Islami. Maka, mereka kampanye agar orang-orang membeli kurma yang Islami.

Ada dua kemungkinan. Pertama memang tulisan yang menyudutkan klepon dibuat oleh si pengusaha kurma. Kedua, tulisan yang menyudutkan klepon dibuat oleh bukan pengusaha kurma untuk menyudutkan pengusaha kurma.

Tapi apapun kemungkinannya, tulisan yang viral itu telah menempatkan klepon sebagai yang tak Islami. Faktanya seperti itu. Itulah aniaya pada makanan.

Saya lanjutkan soal doa "klepon". Jadi, karena dianiaya secara psikologis, mereka yang membuat klepon bisa saja berdoa pada Yang Maha Kuasa. Siapa mereka itu? Pembuat klepon, penjual klepon, penikmat klepon, dan bahan makanan yang digunakan untuk membuat klepon.

Mereka semua itu baik yang manusia atau bahan makanannya yang berasal dari tumbuhan, bisa saja berdoa. Beras ketan berdoa, kelapa sebagai bahan baku gula merah juga berdoa. Semua berdoa. "Tuhan, kami telah disudutkan, agar klepon tak lagi dimakan banyak orang. Ini penganiayaan secara psikologis Tuhan. Hukumlah mereka Tuhan, hukumlah," bisa jadi seperti itu doanya.

Bayangkan kalau pohon kelapa seluruh dunia tahu bahwa klepon telah disudutkan. Bayangkan jika miliaran pohon kelapa berdoa bersama meminta Tuhan menghukum si penyudut itu. Runyam sudah hidupmu.

Bayangkan jika bermiliar ton tepung beras tahu klepon disudutkan. Mereka itu bisa saja berdoa agar si penyudut diberi malapetaka. Atau penjual, penikmat klepon juga ikut merintih berdoa agar si penyudut diberi hukuman setimpal.

Bayangkan saja, kumpulan mereka yang terdampak karena klepon dianiaya secara psikologis. Ini bukan persoalan sepele. Ini persoalan serius tentang kemanusiaan, ke-Tuhan-an, ketumbuh-tumbuhan, dan kemakanan.

Maka, jangan mudah mengumbar sesuatu yang menyudutkan. Menyudutkan pihak lain, telah membuat percik peperangan. Urusannya bisa panjang kali lebar alias luas. Bisa berdampak ke mana-mana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun