Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sering dipersepsikan berseberangan. Walaupun dalam beberapa kesempatan keduanya ingin menunjukkan tak ada masalah. Namun, persepsi publik sudah telajur terbentuk bahwa kedua sosok itu berseberangan. Â Namun, belakangan ini uniknya keduanya sama-sama diserang banyak pihak karena kebijakannya. Lalu, apakah ada yang untung dengan diserangnya dua tokoh terkemuka tersebut?
Jokowi sangat dekat dengan Anies di masa Pilpres 2014. Bahkan, setelah Jokowi memenangkan Pilpres 2014, Anies pun masuk kabinet Jokowi sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Sayangnya, di tengah jalan Anies dicopot dari jabatan itu.
Setelah pencopotan tersebut, riak perseteruan keduanya mulai tercium. Saat Pilkada DKI Jakarta 2017, Jokowi sekalipun tak tegas, terkesan ada di pihak Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Diketahui saat itu Ahok adalah lawan Anies.
Kemudian, Anies pun menang kontestasi yang sangat melelahkan itu. Dalam beberapa kesempatan, kedua sosok itu kemudian terkesan berseberangan. Bahkan kelompok pendukung dua tokoh itu berseberangan sangat tajam.
Namun, fenomena akhir-akhir ini kedua sosok tersebut diserang dari banyak penjuru. Bahkan, yang menyerang bukan hanya lawan politik, tapi juga kelompok netral.
Misalnya, Jokowi yang marah pada menterinya tak lagi dimaknai sebagai kepositifan. Bahkan orang-orang yang netral pun ikut menyudutkan Jokowi. Selain itu, sebelumnya soal kenaikan iuran BPJS Kesehatan dan penanganan Covid-19, Jokowi juga diserang berbagai pihak.
Nah, di waktu yang bersamaan, Anies juga kembali diserang. Kali ini soal reklamasi. Anies yang di 2017 menilai bahwa reklamasi menyebabkan banjir, kini berpendapat reklamasi untuk menghalang banjir.
Anies pun akan mereklamasi Ancol. Kebijakan ini bukan hanya mendapat serangan dari musuh politiknya, tapi juga oleh mantan pemilihnya. Mantan pemilih Anies dari Jakarta Utara memprotes keras kebijakan reklamasi Ancol.
Jokowi dan Anies seperti merepresentasikan dua kelompok. Jokowi identik dengan nasionalis dan Anies identik dengan kelompok Islam 212 dan sejawatnya. Ketika kedua sosok itu diserang secara bersamaan, tentu bisa melemahkan kepercayaan publik pada keduanya. Bahkan kepercayaan publik bisa melemah pada kelompok yang mendukung keduanya.
Menurut saya, kedua pihak yang diserang itu jelas tak menguntungkan dalam konteks politik. Sebab, kedua pihal cenderung dijauhi publik. Lalu, siapa yang diuntungkan sexara politik dari diserangnya Jokowi dan Anies?
Ya tentu tak bisa dipastikan. Tapi siapa yang bisa menarik hati ketika kedua pihak disorot akan beruntung. Siapa yang beruntung dan memanfaatkan momen ini akan terlihat 3 tahun lagi.
Siapa tahu ada sosok muncul yang bukan dari dua kubu itu? Seperti Jokowi dahulu kan muncul secara mendadak. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H