Belum lama ini pihak suku Baduy, khususnya Baduy Dalam meminta agar wilayah Baduy dihapus dari peta wisata. Seperti diberitakan kompas.com, Selasa (7/7/2020) permintaan itu muncul karena adanya perubahan setelah daerah Baduy diserbu wisatawan.
Ada permasalahan sampah dan foto-foto daerah Baduy Dalam tersebar di internet. Saya sendiri sepakat dengan permintaan dihapusnya daerah Baduy sebagai destinasi wisata. Menurut saya, sudah tidak wajar jika daerah "yang tertutup" dieksploitasi untuk wisata.
Pertama, semakin banyak wisatawan, maka "daerah tertutup" otomatis tak akan menjadi daerah tertutup. Kealamiahan yang sudah dan terus dijaga pun bisa buyar. Seiring berjalannya waktu wisatawan akan memberi efek keterbukaan yang makin lama akan membuat daerah khas tertutup itu terkikis.
Kedua, menghapus Baduy dari peta wisata adalah bentuk penghormatan pada suku Baduy yang memiliki cerita hidup yang berbeda. Saya menilai bahwa sesuatu yang asli biarkan asli sesuai dengan kealamiahannya. Sebab, sudah sejak lama kealamiahan terjaga.
Dalam konteks yang mirip, saya pun sepakat jika misalnya suku Mante di Aceh tak perlu diusik. Biarkan mereka hidup dengan cerita hidup mereka. Kedatangan orang-orang masa kini hanya akan membuat dunia mereka berubah.
Ketiga, sebagian orang-orang masa kini yang datang ke area Baduy pun cenderung tak bisa menghormati kehidupan orang Baduy. Hal itu bisa diketahui karena banyaknya sampah setelah adanya wisatawan. Seperti yang tertera dalam alasan kenapa Baduy meminta areanya dihapus dari peta wisata.
Hal lain bentuk tidak menghormatinya sebagian para wisatawan adalah dengan adanya foto-foto wilayah Baduy Dalam di internet. Padahal, sesuai dengan tradisi, di Baduy Dalam tak boleh ada yang membawa kamera.
Keempat, keberadaan orang modern ke area Baduy Dalam hanya akan mengeksploitasi dan mengubah tradisi. Khawatirnya, jika makin banyak wisatawan ke area Baduy, akan makin mengubah kehidupan orang Baduy Dalam.
Apa efek dari perubahan hidup orang Baduy adalah pada akhirnya tak ada kekhasan dari mereka jika kehidupannya lama-lama sama dengan orang pada umumnya. Bukan hanya tata cara hidup saja, tapi kemungkinan pola pikirnya pun berubah.
Kearifan lokal yang selama ini menjadi kekhasan dan kelebihan orang Baduy akan lenyap perlahan jika terus diserbu wisatawan. Hal itu tak akan baik bagi kehidupan warga Baduy.
Fasilitator
Pemerintah daerah cukup menjadi fasilitator saja. Apa-apa yang dibutuhkan warga Baduy, tinggal diadakan saja oleh pemerintah daerah. Jika ada hal-hal mendasar seperti kesehatan dan pendidikan, maka bisa diobrolkan antara pemerintah daerah dan warga Baduy. Â
Maka, intinya adalah kekhasan dan kearifan lokal warga dan daerah Baduy tetap terjaga. Orang-orang modern jangan terlalu masuk ke dalam kehidupan mereka yang bisa saja malah berefek negatif. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H