Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Jokowi Marah, kok Banyak Reaksi Negatif?

29 Juni 2020   06:12 Diperbarui: 29 Juni 2020   06:28 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi. Foto antara foto/hafidz mubarak dipublikasikan kompas.com

Presiden Joko Widodo marah dan mengancam akan melakukan kocok ulang anggota kabinet. Presiden pun mengaku bisa membubarkan lembaga jika performanya buruk. Terkait Presiden marah itu, ternyata banyak reaksi negatif di dunia maya.

Jadi Presiden marah saat rapat dengan kabinet itu terjadi pada 18 Juni 2020. Namun, baru diunggah ke dunia maya 10 hari berselang. Salah satu inti dari kemarahan Presiden adalah bahwa kabinet dan jajarannya harus kerja keras di masa pandemi ini. Memang, salah satu yang membuat pemerintahan Jokowi disorot adalah performa penanganan pandemi.

Nah, saya melihat justru banyak reaksi negatif pada Jokowi yang bertebaran di dunia maya. Di media online terkemuka, hujatan pada Jokowi bertebaran di kolom komentar. Padahal di media online itu pada waktu terdahulu sangat sering muncul komentar pembaca yang positif terkait performa Jokowi.

Di dunia maya seperti twitter lebih gila lagi. Serangan pada Jokowi bertubi-tubi. Banyak yang memberi statement bahwa Jokowi hanya omong doang. Mereka ada yang bilang bahwa sekarang Jokowi bilang A, kebijakannya B.

Saya melihat serangan pada Jokowi akhir-akhir ini memang luar biasa. Lalu kenapa sentimen negatif banyak bermunculan? Tentu saya tak bisa memastikan. Tapi ada banyak kemungkinan yang membuat sentimen itu muncul.

Pertama soal politik. Bisa jadi ini adalah pengerahan isu dari lawan politik Jokowi. Lawan politik itu bukan partai politik ya. Lawan politik adalah mereka yang berseberangan secara politik dengan Jokowi. Bisa jadi para lawan Jokowi ini bersatu dan meramaikan komentar negatif.

Kedua, tujuan politik. Mungkin ada yang ingin membuat tujuan politik tertentu dengan membuat statement negatif pada Jokowi. Tujuan politik ini bisa mulus jika kepercayaan pada pemerintah melemah. Salah satu melemahkan pemerintahan Jokowi adalah berstatement negatif pada Jokowi.

Ketiga, karena kondisi yang tak membahagiakan saat ini. Kondisi saat ini memang tak membahagiakan. Pandemi telah mengubah banyak hal. Salah satu yang fundamental adalah efek ekonomi. Banyak yang di PHK, ada bisnis yang gulung tikar, pendapatan warga menurun.

Kondisi ekonomi ini membuat warga berharap banyak pada pemerintah. Namun, kondisi saat ini juga membuat pemerintah terlihat bimbang. Pilihannya adalah kesehatan atau ekonomi. Nah, ketika pemerintah tak bisa membuat kebijakan yang menormalkan ekonomi sesegera mungkin, maka rakyat menjadikan pemerintah sebagai sasaran tembak.

Keempat, reaksi pemerintah yang kadang membingungkan di masa pandemi. Soal mudik sajalah. Beberapa pernyataan berbeda soal mudik Lebaran lalu sehingga membingungkan warga. Kebingungan pemerintah makin membuat rakyat bingung dan menyerang pemerintah.

Kelima, tak puas dengan performa pemerintah secara keseluruhan. Jadi bukan hanya soal pandemi, tapi juga soal lainnya. Misalnya RUU HIP yang juga ikut menyorot pemerintah. Padahal rancangan itu adalah usulan DPR RI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun