Teman, aku ingin bercerita apa yang aku ketahui tentang orangtua zaman now, atau orangtua zaman sekarang. Orangtua zaman sekarang bisa memiliki kekhawatiran berlipat-lipat dibandingkan orangtua zaman dahulu.
Aku ingin bercerita soal bagaimana orangtua sekarang dan dahulu "melepas" anak. Orangtua zaman sekarang akan khawatir melepas anaknya keluar rumah, khususnya yang berusia kurang dari tujuh tahun. Kau tahu kan, jika zaman sekarang ada jalanan yang mulus.
Jalanan yang mulus itu malah jadi arena bagi mereka pengguna jalan untuk ngebut. Mungkin, karena jalan sudah mulus, tinggal dimaksimalkan saja. Ketika pengendara ngebut, bahkan di bukan jalan raya, maka rawan kecelakaan.
Ketika jalan menjadi rawan kecelakaan, maka melepas anak kecil keluar rumah pun diliputi was-was. Beda ceritanya dengan orangtua zaman dahulu. Kala itu, jalanan tak terlalu bagus, bahkan banyak jalanan hanya makadam.
Selain itu, di zaman dahulu pengguna kendaraan bermotor di jalan kecil bisa dihitung dengan jari. Orang-orang lebih banyak yang menaiki sepeda. Potensi kecelakaan pun tak sebesar sekarang. Orangtua zaman dahulu bisa saja melepas anak dengan mudah karena kecilnya kekhawatiran potensi kecelakaan di jalan.
Nah, orangtua zaman dahulu kadang membandingkan zamannya dengan orangtua zaman sekarang. "Biarkan saja anak main-main keluar rumah, karena memang anak dunianya main-main," ujar orangtua zaman dahulu. Tentu bukan pernyataan yang salah, Â tapi realitas zaman dahulu dengan sekarang memang sudah berbeda.
Melepas anak di zaman sekarang, selain soal kecelakaan juga ancaman asusila. Jadi ini adalah cerita yang saya ketahui sendiri. Anak-anak kecil saat ini sudah banyak yang membawa telepon genggam canggih. Mereka yang bisa mengoperasikan dengan baik biasanya di usia 9 sampai 10 tahun.
Nah, saya tahu sendiri bahwa ada anak yang menggunakan telepon genggam itu untuk melihat film dewasa. Hal itu saya ketahui ketika anak kecil yang lain bercerita pada orangtuanya. Anak kecil yang masih 7 tahun itu menjelaskan detail soal apa yang dia lihat di telepon genggam temannya yang berusia 9 tahun.
Saat itu, si orangtua bercerita ke orang lain dan cerita menyebar. Kekhawatiran kembali timbul, jangan jangan anak yang menggunakan telepon genggam, sudah paham soal film dewasa. Lagipula tidak semua orangtua melarang anaknya menggunakan telepon genggam. Tentu alasannya macam macam mengapa anak diberi kesempatan untuk bermain telepon genggam.
Bandingkan saja di masa lalu. Saya pastikan tak ada telepon genggam. Sehingga di zaman dahulu tak ada menonton film dewasa dari telepon genggam. Akses untuk hal yang berbau dewasa itu juga tidak mudah. Dahulu paling hanya gambar saja, itu pun peredarannya terbatas.
Di zaman dahulu, memang ada anak yang nakal yang lebih dewasa dari yang lainnya. Namun, jumlahnya tak sebanyak sekarang dan akses untuk cepat dewasa tak seperti zaman sekarang. Bayangkan saja jika ada anak tujuh tahun sudah paham soal film dewasa.
Masih ada kekhawatiran lain yang menyelimuti orangtua zaman sekarang, yang tak bisa saya tuliskan satu per satu di sini. Dua contoh itu sudah cukup bagaimana kekhawatiran menggelayuti orangtua zaman sekarang.
Kekhawatiran itu kadang malah membuat orangtua tidak memberi kesempatan anak untuk bermain keluar rumah. Itu juga bukan keputusan yang bagus karen, sosialisasi anak akan terkendala dan itu tidak bagus.
Jadi memang ada dilema bagi orangtua zaman sekarang. Yang bisa dilakukan adalah memantau dengan ketat, melihat gelagat anak apakah ada perubahan ke arah negatif. Â Bisa mengajak anak mencurahkan hatinya. Membuat anak nyaman ketika berkomunikasi dengan orangtuanya.
Keterbukaan anak akan membuat masalah-masalah di luar bisa kita ketahui dan bagaimana kita menyikapinya. Namun, sekali lagi membuka komunikasi dengan anak bukan perkara yang mudah. Apalagi jika orangtuanya adalah pekerja yang sudah lelah ketika ada di rumah. Perlu kesabaran dan tenaga ekstra agar orangtua zaman sekarang bisa lebih menciptakan anak yang berkualitas.
Jadi, zaman sekarang dengan zaman dahulu jelas berbeda. Jika ada orangtua zaman dahulu memberi kerangka pemahaman mendidik anak dalam cerita masa lalu, maka perlu ditelaah lebih lanjut. Sebab, zaman dahulu berbeda dengan zaman sekarang.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H