Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Dulu Baca Koran sampai Dikejar Satpam, Kini...

10 Juni 2020   06:38 Diperbarui: 10 Juni 2020   06:32 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Dok kompas dipublikasikan Kompas.com

Dulu, saya paling getol kalau baca koran. Yang saya baca hanya berita sepak bola. Saya mulai baca koran sejak kelas 1 SD. Mulai beli koran sendiri sejak kelas 3 SD. Eh sori, bukan koran yang saya beli, tapi tabloid. Tentu Tabloid Bola, yang sudah undur diri itu.

Kalau koran yang harian, tentu saya hanya membaca berita olahraganya saja, yang memuat berita sepak bola. Minat baca saya makin menggila saat SMP. Saya baca koran di perpustakaan sekolah, tapi koran yang telat sehari.

Maka, untuk membaca koran yang update, saya mampir ke kompleks pendapa kabupaten saat pulang sekolah. Sekali lagi saya hanya ingin membaca berita sepak bola. Saya pulang dari sekolah bersama seorang teman karib. Namun  kalau pas lagi ramai  saya pulang dengan banyak teman.

Tentu pulangnya mampir ke kompleks pendapa kabupaten. Di area pendapa itu, ada papan baca yang memajang koran yang terbit di hari itu. Jadi, saya bisa update informasi sepak bola.

Cuma belakangan saya ketahui bahwa anak sekolah dilarang masuk kompleks pendapa kabupaten. Jika kami mau masuk kompleks pendapa dari pintu utama, ada satpam atau sekuriti pemerintah kabupaten yang akan menghalau kami dengan pentungan.

"Wah, kalau kayak gini, saya bisa tidak update informasi sepak bola." Begitu gumam saya. Akhirnya saya dan teman saya cari akal supaya bisa masuk kompleks pendapa tanpa lewat pintu utama.

Ada dua alternatif. Pertama adalah melalui pintu samping. Kedua melalui celah antar ornamen bangunan kompleks pendapa. Celah antar ornamen itu cukup besar dan bisa dimasuki badan anak-anak SMP.

Nah dari dua alternatif itu, kami bisa masuk kompleks pendapa dan baca koran. Mungkin keberadaan kami yang sering baca koran diketahui oleh orang-orang pemkab. Akhirnya, di jam pulang sekolah pasti satpam melihat area baca koran di kompleks pendapa.

Jika satpam itu mengetahui ada kami, mereka akan lari membawa pentungan sambil teriak-teriak. Momen nakal kemudian sering terjadi ketika satpam yang jaga adalah satpam yang sudah berumur

Ada teman saya yang agak bandel yang mengerjai satpam yang jaga sudah cukup berumur itu.
Ketika satpam tua itu menjaga dan mengejar kami, maka teman saya yang bandel itu akan meledek dengan lari pelan-pelan. Jika satpam berumur itu sudah makin dekat, maka teman saya akan lari sangat kencang.

Kami benar-benar meledek satpam tua yang galak itu. Tapi itu cerita dulu ya. Cerita nakalnya anak-anak. Tak perlu ditiru. Kini pun kalau mengenang momen itu, saya malah kasihan dengan pak satpam tersebut.

Cerita kami yang berusaha membaca koran itu memberi bukti bahwa informasi itu sangat mahal. Kami tak punya cukup uang untuk langganan koran. Ya maklum namanya saja anak SMP yang masih mengandalkan uang saku. Ketika ingin mendapatkan informasi update harus sampai dikejar satpam segala.

Dari baca-baca koran itu, saya tahu banyak hal tentang sepak bola dan perniknya. Saat itu, jika ngomong sepak bola maka saya sangat fasih. Apalagi bicara Liga Italia, wow sangat hafal.

Itulah cerita media cetak dulu kala. Kini, saya juga mengalami kesulitan mendapatkan media cetak. Namun, beda cerita. Dulu sulit mengakses media cetak karena mahal dan cenderung eksklusif, kini kesulitan karena memang sudah jarang orang jualan koran.

Koran sudah mulai bertumbangan karena zaman. Orang sudah sangat mudah mendapatkan informasi. Hanya dari telepon genggam di tangan, maka informasi akan didapatkan. Tentunya dengan syarat ada kuota dan sinyal.

Sekarang kalau hanya ingin mendapatkan informasi tak perlu harus kucing-kucingan dengan satpam. Membaca koran pun semakin ditinggalkan. Mungkin yang berubah adalah kredibilitas informasi. Dulu informasi hanya dari koran, radio, dan televisi. Akurasi berita dari ketiga media itu bisa diandalkan.

Sekarang, informasi bisa datang bahkan dari status media sosial yang sayangnya kadang tak jelas sumbernya. Sudah tak jelas sumbernya, kita ikut menyebarkan pula dengan dalih membantu sesama. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun