Mobilitas manusia sudah terjadi sejak lampau. Dari hanya jalan kaki, naik kuda, naik onta, atau sampai naik kendaraan bermotor.
Seiring berjalannya waktu, maka naik kendaraan bermotor menjadi pilihan yang efektif dan efisien untuk bermobilitas. Belakangan kereta juga menjadi moda transportasi yang diminati.
Zaman sudah berubah dan saya ikut merasakan perubahan itu. Dulu orang yang duduk berjejeran di angkutan umum atau bus dan kereta dipaksa untuk saling sapa, tapi sekarang sudah tidak lagi.
Dulu, jika bermobilitas dari satu tempat ke tempat lain menggunakan bus, maka sepatah dua patah kata ada obrolan dengan orang sebelah saya. Kadang hanya basa basi saja. Namun, kalau merasa klop pembicaraan bisa panjang lebar.
Pernah satu ketika saat saya menaiki bus dari Tegal ke Kendal, Jawa Tengah ada perbincangan menarik. Seorang lelaki berusia 45 tahunan yang berhadapan dengan saya, bertanya soal status saya. Saya menjawab status saya dan sepertinya dia tak tertarik bicara dengan saya hahaha.
Sementara, di sebelah saya ada seorang anak muda yang seusia dengan saya. Anak muda itu mengaku sekolah di sebuah sekolah yang cukup terkenal di negeri ini. Nah, orang yang berusia 45 tahun itu antusias ngobrol dengan pemuda di samping saya.
Saya dicuekin. Tapi tak apa-apa, biasa saja. Orang yang berusia 45 tahun itu ternyata punya pengalaman hidup dan mainnya memang jauh. Dia paham banyak tempat, termasuk sekolah terkenal tempat anak muda di samping saya.
Sampai lama perbincangan itu aku dengarkan. Lama-kelamaan si anak muda tersudut karena tak bisa menjawab detail sekolah favorit itu. Diteror terus sama orang yang lebih tua itu.Â
Pemuda di samping saya benar-benar tersudut dan mengaku bahwa dia berbohong. Dia tak bersekolah di sekolah kondang itu. Anak muda itu minta maaf sudah berbohong.
Dalam hati aku terpingkal-pingkal. Akhirnya, orang tua itu merasa dikadali sama anak muda. Tak lama kemudian, orang tua itu ngajak ngobrol saya. Tapi karena bermenit-menit saya dikacangin, saya jawab sekenanya saja.Â
Saya tertawa dalam hati. Enak ya tadi dicuekin, begitu dikadali langsung ngajak ngobrol aku wkwkwk. Maklum saat itu saya masih sangat muda sehingga lumayan sensitif.
Momen ngobrol dengan orang di angkutan atau kereta adalah kebiasaan yang wajar di masa lalu. Tapi, zaman memang sudah beda di masa kini. Kini, tak ada lagi merasa wajib ngobrol dengan orang di dekat kita di angkutan atau kereta.
Kini, sudah ada telepon genggam yang multifungsi itu. Ada yang memilih memasang alat di telinga untuk mendengarkan lagu melalui telepon genggam.Â
Kadang ada juga yang memilih memainkan telepon genggam untuk bermedia sosial. Difoto suasana kereta dan padahal kalau ditanya siapa yang di sampingnya? Tidak tahu hehehe.
Sampai berjam-jam kadang tak ada perbincangan di angkutan dan kereta. Itu pula yang saya rasakan kini. Lagian saya juga bingung mau ngapain. Ngobrol sulit, mau main HP, lowbat.
Kalau diinterogasi istri, soal suasana dan obrolan kereta, saya tak bisa menjawabnya. Ya begitulah zaman sudah berubah. Ketika saling diam di antara kita itu dimaksimalkan oleh Covid-19, kita akhirnya kebingungan.Â
Bahwa kita memang butuh untuk ngobrol dengan sesama, ngobrol langsung tatap muka, seperti kesempatan di angkutan atau kereta itu. Kesempatan yang sering kita lewatkan. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H