Indikator Politik Indonesia membeberkan hasil survei terkait elektabilitas atau tingkat keterpilihan partai politik (parpol). Banyak parpol yang elektabilitasnya anjlok, tapi PAN malah naik.
Padahal, PAN saat ini sedang dilanda "kisruh" internal. Naiknya elektabilitas PAN apakah karena justru Amien Rais memang tak lagi memiliki pengaruh? Tentu hanya kader PAN yang bisa menjawab itu.
Indikator Politik Indonesia melakukan survei elektabilitas parpol pada 16-18 Mei lalu atau di masa pandemi. Elektabilitas PAN di survei itu lebih baik daripada hasil survei pada Februari 2020.
Saat Februari 2020, PAN memiliki elektabilitas 1,3 persen. Sementara pada Mei 2020, elektabilitas PAN menjadi 2,1 persen. Di antara parpol yang punya wakil di DPR, hanya PAN dan NasDem yang naik elektabilitasnya.
Naiknya elektabilitas PAN ini jelas unik. Sebab, mereka sedang dilanda "kisruh" internal. Setelah terpilihnya Zulkifli Hasan sebagai Ketua Umum PAN beberapa waktu lalu, ada perpecahan di PAN. Ada kader PAN yang tak puas dengan keputusan Zulkifli Hasan yang tak memasukkan Amien Rais di kepengurusan.
Padahal, Amien adalah salah satu pendiri PAN. Amien juga memiliki jasa besar pada PAN. Selain itu, Zulkifli yang merupakan besan Amien wajarnya memasukkan Amien ke kepengurusan. Perpecahan itu terjadi karena Amien dan Zulkifli beda kubu.
Setelah itu, para kader PAN yang sehaluan dengan Amien menginginkan mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah itu mendirikan parpol baru. Salah satu yang mencuat adalah nama baru Partai Amanat Reformasi.
Di tengah isu parpol baru itu, anak Amien Rais yakni Hanafi Rais memutuskan mundur dari kepengurusan PAN. Artinya, ada dugaan Hanafi Rais akan bersama sang ayah mendirikan parpol baru. Namun, sampai saat ini parpol baru itu belum dideklarasikan.
Nah, menarik sebenarnya untuk diketahui apakah naiknya elektabilitas PAN karena tak ada lagi Amien Rais di kepengurusan PAN? Apakah naiknya elektabilitas PAN karena makin solidnya PAN tanpa Amien Rais?
Tentu yang bisa menjawab adalah kader PAN dan konstituen PAN. Dugaan ini hanya bisa makin menguat jika Amien Rais mendirikan partai baru dan tak bisa menggaet para kader PAN. Namun, jika benar bahwa Amien tak lagi memiliki cengkeraman tajam di kader PAN, maka pertanda karier politiknya sudah makin senja.
NasDem
Di sisi lain, saya sendiri juga tak terlalu tahu kenapa hanya ada dua parpol yang elektabilitasnya naik di masa pabdemi. Selain PAN ada juga NasDem. Faktor kenaikan elektabilitas NasDem juga sulit diketahui.
Jika PAN masih bisa diterka karena ada geliat politik alias "kisruh" di internal, tapi NasDem relatif biasa-biasa saja. Atau mungkin karena gerakan orang-orang di Media Groupnya Surya Paloh yang aktif di masa pandemi? Sehingga juga berpengaruh pada kenaikan elektabilitas NasDem? Tak tahulah.
Bagi saya fenomena NasDem ini juga unik. Mereka bukan partai yang memiliki basis suara seperti partai berbasis massa Islam. Mereka juga relatif baru karena baru ikut Pemilu pada 2014. Ketika partai lain kepayahan di Pemolu 2019, NasDem relatif aman-aman saja.
Maka, menarik juga melihat kiprah NasDem ke depan. Koalisi apakah yang akan mereka bangun? Seperti apa geliat mereka di Pemilu 2024? Seperti biasa, kita tunggu saja. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H