Aku heran, sudah diberi ruang, dikasih hadiah walau belum cair, ngomong seperti cacing kepanasan. Kami meyakinkan bahwa uang itu ada, tapi memang tersendat. Dan akhirnya, mereka pun dapat uangnya belakangan. Aku geleng-geleng kepala, meminta hak dengan cara menyayat perasaan seperti itu. Apa tidak bisa lebih sabar ya. Tapi sudahlah itu sudah lama sekali.
Menemui para penumpang yang berisik itu memang tak mengenakkan. Tapi tidak apa-apa, mungkin itulah masa muda atau masa di mana mereka tak pernah mengeksplorasi muda di masa mudanya.
Aku kadang geli, dan membayangkan kembali saudara yang nakalnya luar biasa. Saat kecil, kadang jika marah dia ambil batu dan memecahkan kaca rumahnya. Anak kecil memang kadang belum paham, bahwa dia seorang penumpang di rumah orangtuanya. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H