Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Nostalgia 21 Tahun Lalu, Antusiasme Coblosan Pemilu 1999

7 Juni 2020   06:00 Diperbarui: 7 Juni 2020   19:12 914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kembali ke Pemilu 1999. Lalu, saat kampanye sangat luar biasa meriahnya. Orang-orang datang ke kampanye tanpa iming-iming duit. Mereka datang ke kampanye sebagai bentuk kesadaran politik. Ya mungkin kesadaran politik dalam level sederhana layaknya orang awam seperti saya.

Sangat meriah sekali saat itu. Orator lebih sering menjual reformasi, menjelekkan kinerja mantan Presiden Soeharto. Kala itu, Orde Baru memang masih jadi musuh. Sekalipun banyak juga yang tetap memilih Golkar. Buktinya Golkar menjadi nomor 2 peserta Pemilu 1999 yang mendapatkan suara terbanyak.

Lalu, di hari H coblosan pada 7 Juni 1999, orang datang ke TPS dengan sangat antusias. Ibu-ibu, bapak-bapak, anak muda, semua datang ke TPS. Mereka menyalurkan suaranya dengan gembira. Saking gembiranya ada pendukung PSIS (tim sepak bola asal Semarang) yang membuat surat suaranya rusak. 

Sebab, selain mencoblos PKB di surat suara itu, di surat suara itu ada tulisannya "HIDUP PSIS". Orang-orang di TPS tak jauh dari rumah saya itu langsung tertawa terpingkal-pingkal. Wah itu yang nyoblos pasti si X (tak saya sebutkan namanya). Sebab, hanya si X yang sangat fanatik pada PSIS.

Saat perhitungan suara di TPS pun banyak yang menonton. Saat itu, surat suara hanya ada nama dan gambar parpol. Tidak ada nama caleg seperti sekarang ini. Ibaratnya saat itu orang tak bisa memilih caleg, tapi antusiasme warga sangat luar biasa.

Teman, jika kau ingin tahu antusias itu, lihatlah persentase warga yang memiliki hak pilih yang ikut mencoblos. Saat itu,  92,6 persen warga Indonesia yang memiliki hak pilih menggunakan hak pilihnya. Artinya apa? Artinya mereka yang tidak menggunakan hak pilih hanya 7,4 persen. Itu sangat sedikit sekali.

Teman, itulah pemilu paling antusias, paling ramai, paling genuine yang aku rasakan. Setelahnya, aku tak melihat lagi pemilu seperti itu. Mungkin orang kecewa dengan harapan membumbung tinggi di masa Reformasi yang tak juga terealisasi. Soal masyarakat yang adil dan makmur. Mungkin seperti itu. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun