Stadion mewah dibangun salah satunya untuk sebuah gengsi. Gengsi negara, gengsi daerah, dan tanda bahwa daerah atau negara itu telah membangun bukti sebuah kemajuan. Namun, menjadi tak berarti ketika stadion mewah itu mangkrak tak digunakan. Kasus ini tak hanya terjadi di luar negeri, tapi juga di Indonesia.
Contoh di luar negeri yang paling konkret terjadi di Afrika Selatan. Negara ini didapuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2010. Penunjukan itu membuat Afrika Selatan membangun stadion megah dan wah. Menurut saya karena perencanaan dan pengelolaan yang buruk, ada stadion yang menyedihkan.
Mengutip dari tulisan Kitty Davis pada Maret 2019 di sastadiums.com stadion yang jadi ajang Piala Dunia 2010 memang menyedihkan. Contohnya adalah Stadion Cape Town yang dibangun pada 2007. Pembangunan ini didahului dengan menghancurkan Green Point Stadium.
Pembangunan Stadion Cape Town itu menghabiskan dana 600 juta dolar AS atau kalau dirupiahkan kisaran Rp 8,4 triliun. Namun setelah helatan Piala Dunia 2010, Stadion Cape Town kesulitan menghidupi dirinya. Sebab, sebagai stadion mewah tentu membutuhkan dana untuk perawatan.Â
Masalahnya pemasukan pun berkurang. Pada 2019, Davis menulis bahwa pengurus stadion sedang berjuang mencari siapa yang akan menyelenggarakan acara di stadion tersebut. Â
Cerita sama juga terjadi di Brasil. Brasil menghelat dua acara dunia dalam dua tahun yakni Piala Dunia 2014 dan Olimpiade 2019. Yang menyedihkan, seperti diberitakan CNN pada Februari 2017 bahwa Stadion Maracana mirip rumah hantu. Ketidakmampuan membayar utang energi membuat lampu di Stadion Maracana dimatikan. Â
Di Indonesia? Â Ada Stadion Utama Riau yang digunakan untuk PON 2012. Namun, stadion megah itu sempat tak terurus selama empat tahun. Untungnya saat ini sudah mulai berbenah.Â
Di Kalimantan Timur ada Stadion Palaran yang pembangunannya memakan dana 800 miliar rupiah. Pembangunan Stadion Palaran untuk keperluan PON 2008.
Dikutip korankaltim.com Februari lalu, kondisi Palaran sangat memprihatinkan. Ada tanaman liar di tribun penonton. Kondisi tribun penonton pun sudah tak kinclong. Kabarnya, Stadion Palaran memang sudah tak digunakan. Sementara dana Rp 1,5 miliar untuk perawatan per tahun hanya bisa digunakan untuk pemeliharaan ringan.
Gengsi Tanpa Perencanaan
Dugaan penulis adalah bahwa pembangunan stadion mewah memang untuk gengsi, selain untuk ajang besar. Namun, dengan adanya permasalahan usai ajang besar, maka terlihat tidak adanya perencanaan yang matang.
Sekadar diketahui, mengelola stadion kelas wahid itu bukan perkara yang mudah. Harus ada dana yang terus mengalir untuk mengurusi stadion tersebut. Dana digunakan untuk pemeliharaan dan lainnya.Â
Penulis pernah mendapatkan cerita bahwa untuk menyalakan lampu di malam hari buat pertandingan sepak bola selama 90 menit, membutuhkan dana Rp 15 juta. Itu untuk stadion level kabupaten.
Belum lagi jika ada lampu yang rusak, tentu lebih banyak lagi pengeluarannya. Itu baru lampu, belum rumput, belum kursi yang rusak, belum listrik. Maka, jika perencanaan dilakukan dengan bagus, sepertinya tak ada yang mangkrak.
Perencanaan bisa soal letak yang bagus, yang bisa menarik orang banyak datang ke sana. Dikelola dengan mengedepankan bisnis sehingga di daerah itu menjadi denyut perekonomian.Â
Ketika menjadi denyut perekonomian akan membantu stadion untuk tetap hidup. Tentu perencananya butuh perencana profesional. Perencana yang mengetahui bagaimana keberlangsungkan stadion setelah even selesai.
Jangan Memaksa
Di sisi lain, jika memang secara perencanaan daerah tertentu tak bagus untuk membuat stadion baru, ya tak perlu dipaksakan. Bahkan, kalau memang pembuatan stadion baru yang wah hanya akan membuat kerugian, tak perlu membangun stadion baru.
Saya pikir Indonesia tak perlu banyak stadion wah jika memang tak memungkinkan secara perencanaan. Â Lebih baik memperbaiki stadion yang sudah ada dengan standar yang wajar. Tak perlu dibuat sebesar mungkin yang justru tak digunakan setelahnya. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H