Mengambil paksa jenazah pasien dalam pengawasan (PDP) Covid-19 dari rumah sakit dengan membawa senjata tajam dan banyak massa adalah kesalahan. Namun, wajib dicari tahu kenapa mereka melakukan seperti itu. Agar kita makin paham realitas terdalam masyarakat kita.
Kasus pengambilan jenazah secara paksa terjadi dua kali di Makassar. Seperti diberitakan Kompas.com, cerita pertama terjadi pada Rabu (3/6/2020) di Rumah Sakit Dadi Makassar. Jenazah PDP Covid-19 diambil paksa oleh keluarga saat masih berada di ruang ICU. Saat itu ada seratusan orang yang datang dengan membawa senjata tajam.
Kasus kedua terjadi pada Jumat (5/6/2020) di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar. Ada sekitar 80 orang yang mengambil paksa jenazah PDP yang berusia 49 tahun. Dua peristiwa pengambilan jenazah PDP tersebut direkam oleh warga dan videonya viral di media sosial
Dalam pandangan saya pribadi, aksi tersebut jelas salah karena menyalahi protokol kesehatan. Selain itu, aksi tersebut juga mengancam kesehatan orang yang mengambil jenazah secara paksa. Sehingga, benar dan salahnya saya pikir tak perlu diperdebatkan.
Yang menurut saya wajib diketahui adalah motivasi kelompok tersebut mengambil paksa jenazah PDP Covid-19. Motivasi ini perlu diketahui agar kita makin paham bagaimana sebagian masyarakat kita memandang Covid-19.
Jika aksi sebagian masyarakat yang mengambil paksa jenazah PDP Covid-19 dipahami, mungkin diperlukan pendekatan dan sosialisasi yang "berbeda". Sehingga, di masa depan jika ada kasus seperti wabah mengerikan ini, ada antisipasi yang lebih baik. Aparat terkait bisa melakukan pendekatan dan sosialisasi yang berbeda. Selain itu, aparat dan masyarakat  bukan hanya mengantisipasi kesehatan, tapi juga antisipasi  secara sosial kemasyarakatan.
Dari dua kasus yang viral itu, belum diketahui apa motivasi mereka. Memang agak susah mengetahui motivasi mereka, agak susah berkomunikasi dengan mereka di masa seperti ini. Sebab, orang pun akan berpikir mendekati mereka, karena khawatir Covid-19 menyebar.
Namun, setidaknya ketika kondisi sudah membaik, aparat terkait bisa mencari tahu lebih dalam motivasi mereka mengambil paksa jenazah PDP Covid-19. Tentu saja, aparat baik di kecamatan atau desa melakukan pendekatan dengan cara yang terbaik.
Saya meyakini, ada nilai yang dipegang sebagian masyarakat kita. Nilai yang kadang berseberangan dengan kebenaran formal dunia kesehatan dan dunia hukum. Nah, kadang ketika dihadapkan pada posisi nilai lokal vs hukum dan kesehatan, sebagian masyarakat masih memegang nilai lokal sebagai patokan.
Ini hanya dugaan saja. Sebab menurut saya, mengambil jenazah hingga membawa banyak orang dan memakai senjata tajam jelas memiliki motivasi tinggi. Tanpa ada nilai yang dipegang, saya pikir tak mungkin orang bisa berani membawa jenazah yang berpotensi menyebarkan Covid-19.
***
Bahwa dalam pandangan hukum salah, tentu memang seperti itu. Namun, barangkali ada pandangan lain yang membuat orang berani melakukan pemaksaan. Pandangan lain itulah yang perlu ditelisik lebih jauh.
Bisa jadi dengan pandangan lain itu, aparat memiliki khasanah yang lebih banyak. Memiliki khasanah yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan pendekatan dan sosialisasi dengan cara berbeda ketika ada wabah melanda.
Indonesia adalah gudangnya nilai lokal. Sebagian masyarakat memegang teguh nilai lokal itu. Kita tak dapat menafikkan beragamnya nilai lokal. Tak bisa menyingkirkan nilai lokal dengan dalih aturan formal kita. Aparat negara ini harus menyelami nilai lokal itu supaya paham harus seperti apa melakukan penanganan ketika ada masalah yang melanda.
Salah dan benar memang harus hitam putih. Tapi, mencari tahu kenapa orang melakukan kesalahan juga penting. Jangan-jangan kesalahan yang mereka lakukan adalah imbas dari kesalahan kita juga pada mereka? Siapa tahu? (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H