Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan featured

Kala Buya Syafii Maarif Bicara tentang Gus Dur dan Amien Rais

1 Juni 2020   10:19 Diperbarui: 28 Mei 2022   06:05 1210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama saya mengucapkan selamat ulang tahun bagi Buya Syafii Maarif ke 85 pada 31 Mei 2020. Semoga panjang umur dan terus menginspirasi anak bangsa dengan sikap dan keteduhannya.

Saya merasa beruntung pernah melihat langsung Buya Syafii Maarif. Tak sering saya melihat langsung, mungkin tak sampai lima kali. Saya bertatap muka dan melihat betapa teduh aura wajahnya.

Buya bukan sosok yang meledak-ledak, sekalipun pernyataannya kadang sangat keras dan tajam. Selain melihat dan bertanya langsung, karena pekerjaan saat itu, saya juga pernah bertelepon dengan Buya. Saya bertelepon di dua waktu yang berbeda ketika saya minta pandangan Buya tentang Gus Dur dan Amien Rais.

Gus Dur dan Amien Rais adalah tokoh yang secara politik berseberangan di masa-masa tahun 2001-an. Sementara, Buya Syafii Maarif adalah tokoh yang bersahabat dengan Gus Dur dan Amien Rais.

Cerita pertama adalah saat 30 Desember 2009 atau hampir 11 tahun yang lalu. Kala itu, menjelang petang saya mendapatkan kabar bahwa Presiden RI keempat Abdurrahman Wahid atau Gus Dur wafat. Tak lama kemudian, saya diminta oleh atasan saya guna menelepon Buya Syafii untuk memberikan testimoni tentang Gus Dur.

Diketahui, Buya dan Gus Dur adalah dua tokoh yang berbeda dalam berorganisasi. Buya pernah menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyah dan Gus Dur pernah menjadi Ketua Umum Tanfidziyah PBNU.

Namun, keduanya cukup dekat. Dalam satu bukunya, Buya pernah terus terang berkirim surat pada Gus Dur. Saat itu, Buya memberikan pandangannya tentang pemerintahan dan posisi Gus Dur sebagai Presiden RI. Buya menulis surat itu dalam kapasistasnya sebagai sahabat.

Mungkin karena hubungan baik keduanya itu, saya ditugaskan untuk menelepon Buya. Kala itu, Buya adalah sosok yang mudah dihubungi melalui nomor telepon. Sekali telepon langsung diangkat.

Lalu setelah mengucapkan salam dan sebagainya, saya meminta Buya memberikan testimoninya tentang Gus Dur. Saat itu seingat saya, saya bertanya apa yang paling Buya kenang pada sosok Gus Dur.

Lalu Buya menjawab bahwa Gus Dur adalah sosok yang senang silaturrahmi. Gus Dur adalah sosok yang menjaga hubungan. Buya bercerita bahwa dengan kondisi menggunakan kursi roda, Gus Dur bersilaturrahmi ke kediaman Buya.

Dari cerita Buya, seingat saya silaturrahmi itu dilakukan pada Januari 2009 atau 11 bulan sebelum Gus Dur wafat. Saat silaturrahmi itu, Buya menceritakan bahwa dirinya dan Gus Dur berbicara banyak hal. Juga berbicara tentang kondisi bangsa saat itu.

Itulah kenangan yang terekam dalam memori saya ketika bertanya via telepon ke Buya Syafii Maarif saat hari wafatnya Gus Dur. Mungkin lebih banyak lagi yang beliau ceritakan pada saya waktu itu, namun saya sudah tak ingat banyak detailnya karena momennya sudah sangat lama.

Beberapa bulan kemudian, saya berkesempatan untuk bertanya pada Buya Syafii. Namun, saya agak lupa kapan momen itu terjadi. Yang pasti di tahun 2010. Kala itu, saya lupa kejadiannya, yang pasti tokoh PAN, Amien Rais membuat pernyataan yang mengundang perhatian publik.

Lalu, saya mencoba meminta pandangan Buya terkait pernyataan Amien Rais tersebut. Seperti biasa sekali telepon langsung diangkat. Namun, kali itu Buya enggan membicarakan soal pernyataan Amien Rais. "Beliau teman saya, tolong tanya sama yang lain saja," kira-kira begitu ucapan Buya pada saya lewat telepon.

Buya dan Amien Rais memang sama-masa lahir dari rahim Muhammadiyah. Bahkan, Buya adalah Ketua Umum PP Muhammadiyah setelah Amien Rais. Maka, hubungan keduanya tak perlu dibahas panjang lebar.

Jawaban Buya waktu itu memberi kesan bahwa Buya memang menghormati pertemanan, menghormati hubungan baik. Sesuatu yang perlu jadi pelajaran bahwa teman dan hubungan baik memang harus dijaga, bukan dimanfaatkan untuk kepentingan-kepentingan sepihak.

Buya juga memberi banyak pelajaran tentang kesederhanaan. Di dunia maya, telah berserakan foto dan artikel tentang kesederhanaan Buya Syafii Maarif. Bagi saya Buya adalah kolaborasi antara integritas, intelektualitas, dan kesederhanaan.

Sekali lagi, selamat ulang tahun Buya Syafii Maarif, semoga panjang umur dan terus menginspirasi banyak orang dengan sikap dan keteduhan. Salam hormat. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun