Parahnya lagi, institusi dasar  bagi kita erat kaitannya dengan uang. Jika ingin sekolah baik, maka harus mengeluarkan uang. Jika ingin jadi sarjana juga harus mengeluarkan uang yang tak sedikit. Ya akhirnya mereka yang miskin akan selalu kalah karena persaingan mendapatkan pendidikan lebih banyak ditentukan oleh kekayaan. Khususnya untuk pendidikan tinggi.
Memang ada beasiswa. Tapi, apakah beasiswa itu bisa menampung semua  anak miskin di negeri ini? Itu baru pendidikan. Belum lagi kesehatan karena BPJS Kesehatan akan naik iurannya pada Juli nanti.
Di sisi lain, mungkin juga menjadi tabiat buruk manusia bahwa ingin selalu bertambah, bertambah, dan bertambah. Sudah punya satu, ingin dua, sudah punya dua, ingin tiga, dan seterusnya.
Relasi hidup saat ini pun erat kaitannya dengan untung rugi dalam konteks keuangan. "Kalau saya untung maka saya bantu, kalau saya tak untung, maka saya tak mau bantu," kira-kira begitu.
Repotnya lagi jika mereka yang melawan beringasnya modal juga merupakan pemodal. Teriak antimonipoli pasar, mereka pun bagian dari kelompok yang ingin cari untung. Hmmm, sudahlah, bobo saja. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H