Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Tontowi Ahmad Pensiun dan Cerita Masa Kerja yang Usai

18 Mei 2020   11:04 Diperbarui: 18 Mei 2020   13:55 823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemain ganda campuran Indonesia, Tontowi Ahmad, melakukan selebrasi usai laga babak pertama Indonesia Open 2019 di Istora Senayan, Jakarta, Rabu (17/7/2019).(KOMPAS.COM/GARRY LOTULUNG)

Pebulutangkis ganda campuran, Tontowi Ahmad memutuskan pensiun dari dunia tepok bulu. Tontowi yang asli Sumpiuh, Banyumas mengumumkan pensiunnya melalui Instagram.

"Ini saatnya mengucapkan selamat tinggal untuk sesuatu yang saya tekuni lebih dari setengah umur saya, yang membuat hidupku lebih berwarna, kadang susah, kadang senang, tapi saya bangga," begitulah kata Tontowi.

Sebagai seorang atlet, prestasi Tontowi tak main-main. Dia bersama Liliyana Natsir mampu mendapatkan medali emas bulutangkis Olimpiade 2016. Itu adalah satu-satunya medali emas Indonesia di ajang multievent terbesar dunia tahun 2016 tersebut.

Pasangan tersebut juga dua kali juara dunia. Mereka juga pernah juara All England. Singkat kata, prestasi Tontowi bersama Liliyana luar biasa. Dia bukan hanya mengharumkan nama pribadi, tapi juga nama bangsa.

Pensiun adalah keniscayaan. Jika pun orang mengaku tak pernah pensiun, toh saat meninggal dunia dia otomatis pensiun. Pensiun soal tubuh yang mulai menua, fisik yang tak lagi prima, dan memberi kesempatan yang lebih muda.

Hidup itu soal giliran. Yang saat ini tua, pernah muda dan bergelora. Pernah merasa punya ide ide pembaruan. Namun, ketika mulai beranjak tua, ada anak muda baru yang juga merasa punya ide pembaruan.

Sebagai sebuah keniscayaan, memang sebaiknya pensiun itu dipersiapkan. Saya melihat atau membaca bagaimana ada orang-orang yang tak mempersiapkan pensiun dengan baik. Misalnya, soal pekerja kantoran.

Ada yang begitu pensiun langsung drop. Tak tahu apa yang akan dilakukan sebab sebelumnya sudah sangat fasih hidup mekanis. Bangun tidur, kerja, pulang, tidur, dan selalu seperti itu.

Repotnya lagi jika tak punya hobi, tak punya kesukaan yang jadi arena kesibukan. Pensiun, tak punya hobi, tak ada kegiatan, akhirnya jumud sendiri dan kebingungan. Susahnya lagi, jika anak-anaknya sudah hidup beda rumah. Yang ada hanya berdua dengan istri. Kalau sudah seperti itu, stres bertumpuk dalam hidup.

Kalau sudah stress tingkat tinggi, biasanya diikuti bermacam penyakit. Lebih sedih lagi ketika diterpa penyakit, tak ada anak yang mendampingi karena si anak sudah hidup dengan dunianya sendiri, makin tambah stress.

Ada juga yang sudah pensiun tapi merasa masih punya kewenangan. Sudah pensiun tapi ngatur-ngatur mantan anak buahnya. Ini dilakukan ketika sesekali main ke tempat kerja dahulu, dan di sana malah ngatur-ngatur seperti pimpinan. Namaya post power syndrome.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun