Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Silaturahmi via Dunia Maya Itu... Tapi Bagaimana Lagi

1 Mei 2020   09:20 Diperbarui: 1 Mei 2020   09:36 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Foto ilustrasi Oik Yusuf/Kompas.com

Sebagai pribadi, saya memang tak terlalu antusias  berhubungan melalui dunia maya. Hal itu karena ada beberapa pengalaman yang tidak mengenakkan. Tapi saya berusaha berpikiran positif saja bahwa kolega saya sibuk.

Sebenarnya hanya menyapa saja yang saya lakukan. Tapi sapaan pada teman di dunia maya itu tak berbalas. Bukan sekali tapi beberapa kali kejadian seperti itu saya alami.

Ada juga yang ketika ditanya tidak menjawab. Kalau tidak, tanda centang di aplikasi perpesanan itu tidak diaktifkan. "Wah, jadi ngga enak sendiri," gumam saya dalam hati.

Memang kejadian di atas tak membuat saya memvonis bahwa mereka bermasalah. Tidak seperti itu. Saya hanya berpikiran barangkali memang sibuk. Sibuk lalu berniat menjawab pesan ketika kesibukan usai, namun malah kebablasan lupa membalas pesan.

Kenapa saya punya pikiran seperti itu? Ya karena saya juga pernah seperti itu. Ada satu pesan masuk dan saya sudah baca. Karena memang dikejar deadline kerjaan, saya berniat membalas pesan setelah kerjaan selesai. Eh ternyata kelupaan.

Ada juga salah kirim pesan. Wah ini luar biasa ngga enak banget. Karena sedang agak sibuk, ada pesan masuk di telepon genggam. Saya pun membalasnya. Saya balas seperti pertanyaan dia. Setelah 30 menit saya iseng buka perpesanan. Ternyata, saya mengirimkan pesan ke grup dan pesan teman saya itu pesan di grup. Wah yang repot karena di pesan saya itu ada nama orang yang ada di grup itu. Nama orang yang cenderung dikesankan negatif. Kacau!

Ada juga pernah di satu grup perpesanan, saya mencoba untuk bercanda. Saya pikir candaan normal. Eh ternyata, ada yang sewot dan langsung mengirim pesan ke saya. Aduuuhhh, repot sekali.

Pengalaman pengalaman itu membuat saya jarang berkomunikasi di dunia maya. Jika ikut grup perpesanan, saya hanya jadi penglihat saja.

Pengalaman menelepon juga seperti itu. Ada lelaki katakanlah namanya si A dan dia punya istri si B. Si A ini diisukan selingkuh dengan si C. Nah saya kenal si A dan si C. Sementara si B, saya tak kenal.

Satu ketika karena pekerjaan yang sangat penting, jam 10 malam saya telepon si C. Saya telepon untuk konfirmasi satu hal karena memang penting. Nah, yang mengangkat telepon malah si A. Ketahuan deh... kan saya jadi ngga enak sendiri.

Maka saya pakai komunikasi di dunia maya untuk yang penting saja. Takut nanti ada masalah. Karena itu juga dan ada beberapa alasan lain, saya tak terlalu antusias silaturahmi di dunia maya.

Menurut saya, berkomunikasi yang cocok adalah ketika berhadapan langsung. Dengan berhadapan kita tahu ekspresi, kita tahu kondisi lingkungan sekitar. Kita bisa memilih kata yang tepat agar tak menyinggung perasaan.

Saya pun beberapa kali ketika pulang kampung, mengunjungi orang-orang tua yang pernah berjasa pada kehidupan keluarga saya. Kebanyakan mereka sudah sakit-sakitan. Mereka sering bilang, "kamu tidak perlu bawa oleh oleh ke sini. Aku bisa ngobrol langsung
dengan kamu saja sudah senang," kata mereka cenderung seperti itu.

Maka saya memang menilai bahwa silaturahmi itu cocoknya ya berhadapan langsung. Tapi, di masa seperti ini mau tidak mau, silaturahmi memang dilakukan secara tidak langsung. Ya mau bagaimana lagi?

Karena partner kerja saya relatif sedikit, maka komunikasi pun dilakukan tak sering. Saya pun karena pengalaman komunikasi via dunia maya, memilih bicara seperlunya saja. Baru kalau bertemu face to face, cenderung banyak yang diungkapkan.

Selain teman kerja, silaturahmi dengan teman-teman sekolah dulu, beberapa kali tetap dilakukan. Walaupun tentu tak sering karena pilihan dan pengalaman hidup saya.  (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun