Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mas Menteri Nadiem, Materi di TVRI Tidak Pas untuk Anak Kelas 1 SD

18 April 2020   07:26 Diperbarui: 18 April 2020   07:36 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mendikbud Nadiem Makarim, foto KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO

Sebelum saya bicara panjang lebar, tulisan ini adalah pandangan pribadi penulis. Bisa jadi sama dengan pandangan orang tua murid yang lain. Tapi, bisa jadi beda dengan pandangan orang tua murid lainnya.

Dalam beberapa hari belakangan ini, saya beberapa kali ikut mengikuti pelajaran anak sekolah di TVRI. Sebab, salah satu anak saya masih kelas 1 SD. Kadang anak belajar melalui TVRI ditemani ibu dan neneknya, kadang bersama saya.

Niat pemerintah dan TVRI untuk memberikan pelajaran pada anak melalui acara TV tentu adalah niat yang bagus. Bagi saya itu juga terobosan mengingat banyak guru yang kebingungan mekanisme pembelajaran secara online. Ada guru yang hanya memberikan tugas saja. Padahal, materi tugas itu belum diajarkan sebelumnya. Alhasil, orangtua murid lah yang mengajarkan materi dan murid membuatkan tugasnya.

Jadi, adanya pembelajaran di TV adalah niat bagus yang harus diapresiasi. Acara di TV juga memberikan pandangan pada guru-guru untuk mengajar via online. Mengajar pada murid secara tak langsung. Secara terobosan, saya sepakat dengan yang dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Namun, secara konten, menurut saya memang agak berat, khususnya bagi kelas 1 SD. Pelajaran di TVRI untuk kelas 1 disamakan dengan kelas 2 dan kelas 3. Acara dimulai pukul 08.30 WIB sampai 09.00 WIB. Yang membuat saya melakukan penilaian agar berat karena itu, kelas 1 disamakan dengan kelas 3.

Saya pernah mengikuti acara pembelajaran di TVRI saat acara cerita. Saya lupa namanya tapi yang jelas cerita tentang empat orang sahabat. Peserta didik dari rumah diminta mencermati cerita tersebut yang terdiri atas tiga segmen. Setiap akhir segmen ada soal yang diberikan. Bagi saya, materi seperti itu agak berat bagi anak kelas 1 SD. Mungkin buat anak kelas 3 SD, sudah bisa menjangkaunya.

Pertanyaan yang muncul dari setiap segmen cerita itu, tak hanya soal pertanyaan apa tapi bagaimana. Pertanyaan apa itu lebih mudah karena mencermati ceritanya. Pertanyaan apa bisa diketahui dengan mencermati ceritanya. Sementara, pertanyaan bagaimana cenderung analitis. Misalnya, bagaimana seharusnya si A bertindak agar tak mengecewakan teman-temannya? Pertanyaan jenis "bagaimana" itu menurut saya pertanyaan yang berat bagi anak kelas 1 SD.

Saat pelajaran matematika di TVRI itu, anak kelas 1 SD disamakan dengan anak kelas 3 SD. Dari pengamatan saya selama ini, pelajaran matematika kelas 1 cenderung langsung atau to the point. Misalnya, 1 + 1 sama dengan? Dan seterusnya.

Sementara, pelajaran matematika di TVRI untuk kelas 1 sampai kelas 3 adalah pelajaran cerita. Soal cerita itu kemudian diselesaikan dengan dua langkah. Langkah pertama menyederhanakan soal cerita dengan bahasa matematika.  Langkah kedua menjawab soalnya setelah soal cerita disederhanakan dengan bahasa matematika.

Salah satu soalnya seperti ini, banyaknya siswa kelas 1A 22 orang. Kelas 1B lebih banyak 3 orang dari kelas 1A. Berapa jumlah siswa kelas 1 seluruhnya. Dari soal cerita itu, disederhanakan dengan bahasa matematika.

Siswa kelas 1A: 22 orang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun