The Beatles (dari kiri ke kanan) Paul McCartney, John Lennon, Ringo Starr, dan George Harrison. foto: PA dipublikasikan kompas.comÂ
Hey Jude, don't make it bad
Take a sad song and make it better
Remember to let her into your heart
Then you can start to make it better
Begitulah sepenggal lirik lagu Hey Jude yang dirilis band legendaris asal Liverpool, Beatles pada 1968. Lagu yang dirilis pada 26 Agustus 1968 itu menempati puncak tangga lagu di banyak negara di masa itu.
Pada 1968, polling pembaca NME menempatkan Hey Jude sebagai lagu terbaik di tahun itu. Di tahun 1969, Hey Jude sebenarnya masuk tiga nominasi dalam penghargaan Grammy Award. Namun, Hey Jude tak memenangkan apapun.
Pada 2001, Channel 4 menempatkan Hey Jude di posisi 3 dalam 100 lagu luar biasa. Pada tahun 2004, Rolling Stomne menempatkan Hey Jude di posisi 8 dalam 500 lagu luar biasa dalam sejarah. Posisi itu menjadi posisi tertinggi di antara lagu-lagu Beatles yang lain.
Hey Jude memang lagu lama. Namun, seiring berjalannya waktu dan zaman yang makin canggih, anak-anak kini pun bisa mendengarkan lagu itu. Sejarah lagu Hey Jude makin berlipat-lipat dikenang banyak orang, melewati banyak tahun, dan tak luntur.
Wikipedia mengutip buku berjudul Paul McCartney, Many Years from Now karya Barry Miles (1997) sedikit menceritakan ide adanya lagu Hey Jude. Paul yang personel The Beatles itu mendatangi rumah Cynthia Lennon. Cynthia baru saja cerai dari John Lennon, personel The Beatles lainnya. Kedatangan Paul adalah bentuk kepedulian pada Julian Lennon, anak hasil pernikatan Cynthia dengan John.
Kala itu, di tahun 1968, Julian masih berusia lima tahun. Paul mengaku sedih melihat anak kecil ketika kedua orangtuanya memutuskan untuk bercerai. "Hei, coba dan atasi hal yang mengerikan ini. Saya tahu itu tidak mudah baginya. Saya selalu merasa kasihan pada anak-anak dalam perceraian," kata Paul Mc Cartney seperti yang tertulis dalam buku karya Barry Miles.
Awalnya lirik lagu itu adalah Hey Jule, mengacu pada nama Julian. Namun, saat di mobil, Paul memiliki ide lain dengan mengganti Hey Jule menjadi Hey Jude. Menurut Paul, Hey Jude lebih enak didengar.
Lagu ini memang mengaduk emosi karena berdasar kejadian nyata yang tak diinginkan, yakni perceraian. Bahkan seperti dikatakan wartawan musik Du Noyer, Cynthia Lennon mengaku bahwa Hey Jude adalah lagu yang membuatnya selalu menangis.
Lalu, 52 tahun kemudian, goresan tinta Paul McCartney pada sebuah kertas itu, menjadi barang untuk dilelang. Goresan tinta tentang coretan lirik lagu Hey Jude. Pelelangan dilakukan dalam rangka memperingati 50 tahun bubarnya The Beatles. Band asal Liverpool itu praktis hanya aktif selama 10 tahun, yakni dari 1960 sampai 1970.
Seperti dikutip dari BBC (11/4/2020), dari hasil lelang diketahui bahwa kertas yang bertuliskan lirik lagu Hey Jude itu laku 910 ribu dolar AS atau kalau dirupiahkan dengan kurs 1 dolar AS sama dengan Rp 15.802, maka kertas bertuliskan lirik Hey Jude itu seharga Rp 14,3 miliar. Tulisan tangan lirik lagu Hey Jude adalah satu di antara 250 item barang terkait The Beatles yang dilelang.
Menurut saya, jika mengacu pada bagaimana proses pembuatan lagu, kesedihan yang mendalam, dan lamanya "artefak" itu, nilai Rp 14,3 miliar tidaklah cukup. Maka, beruntunglah orang yang memenangkan lelang itu. Orang yang namanya dirahasiakan.
Ide yang Mahal
Sebagai orang yang yakin akan adanya Yang Maha Kuasa, maka saya yakin bahwa semua adalah milik-Nya. Namun, kemudian manusia diberi keleluasaan untuk membuat kesepakatan tentang satu dan lain hal.
Kesepakatan yang juga berbasis pada pikiran dan rasa yang merupakan pemberiannya. Salah satu kesepakatan oleh sebagian orang adalah penghargaan atas ide. Ide itu satu hal yang mahal. Apalagi jika ide itu sangat bisa berdampak luar biasa. Walaupun ada juga ide yang biasa biasa saja. Tapi saya tak akan membahas ide yang biasa biasa saja.
Ide yang mahal itu ya misalnya, ide lagu Hey Jude. Ide itu bukan datang tiba-tiba. Ide lagu Hey Jude tak datang dengan melamun dan membayangkan sesuatu. Ide itu datang melalui proses batin di dalamnya yang luar biasa. Bagaimana ada perceraian, anak yang terdampak, kawan yang merasa iba. Sebuah proses psikologis yang tak mudah.
Paul McCartney sepertinya menyelami perasaan sedih yang mendalam itu. Kemudian pergulatan batin itu dituangkan dalam sebuah lirik. Saya menilai tak mudah menuangkan perasaan menjadi kata-kata yang tepat. Kata yang dibangun dari rasa yang jernih akan memberi kekuatan seperti mantra.
Bukan hanya ide yang tak mudah didapatkan, tapi ide Hey Jude itu sangat berdampak. Lagu yang bisa dinikmati sangat banyak orang dari mulai tahun 1968 sampai sekarang. Lagu yang mungkin akan membuat pendengarnya nikmat dan tenang. Lagu yang bisa membuat bahagia banyak orang.
Hey Jude hanya salah satu contoh saja bahwa ide itu memang membutuhkan pergulatan batin. Ada ide yang didapatkan setelah melakukan perjuangan berdarah-darah. Fotografer misalnya, mereka kadang harus jungkir balik memburu momen. Setelah mendapatkan momen, mereka harus mencari sudut pandang yang paling menarik. Sekalipun memotret itu hanya hitungan detik, tapi mencari momen dan membangun ide itu tidak mudah. Sangat tidak mudah.
Pemahat juga serupa. Memiliki ide, mencari yang terbaik, kemudian menghasilkan pahatan yang istimewa. Semua itu tak mudah dan membutuhkan perjuangan. Maka, hargai ide itu sebagai satu hal yang membutuhkan perjuangan. Bahkan, ada kalanya hasil dari ide itu sebenarnya tak bisa dinilai dengan uang jumlah berapapun. Ketika ide itu mahal, maka sekali lagi hormati ide itu. Dan jangan menghormati ide dengan membelinya lalu mengklaimnya. Bisa tak baik buat kesehatan batin Anda. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H