Maka, jika ada orang pendiam melakukan hal baik dengan ikut serta dalam acara orang-orang berkumpul jangan dipojokkan. Salah satu cara memojokkan yang tidak disengaja biasanya begini. "Tumben ikut ngumpul, biasanya di rumah saja."
Mungkin pernyataan itu hanya pernyataan biasa saja. Tapi, bisa jadi akan membuat keberadaan si pendiam (apalagi pemalu) untuk makin terpojok. Lalu, sapalah si pendiam itu dengan menyebut namanya. Entah mengapa banyak orang akan merasa dimanusiakan jika dipanggil namanya, walaupun ada embel-embelnya seperti bang, kak, bu, mas, mbak, dan lainnya.
Seringlah panggil nama orang dengan namanya, juga  boleh dengan embel-embel kak, dek, mas, bu, mba, dan lainnya. Tulisan ini hanya ingin memberi pandangan bahwa orang pendiam itu bukan orang yang sakit dan pendosa. Mungkin bawaannya seperti itu. Mari saling menjaga dan saling memanusiakan.
Tulisan ini juga tidak ingin mengatakan bahwa semua orang yang suka bicara itu bermasalah. Tidak seperti itu. Diam atau berbicara itu saya pikir adalah bawaan. Keduanya bisa berpotensi baik dan bisa berpotensi buruk.
Jadi jangan singkirkan orang yang diam karena dia pendiam. Juga jangan singkirkan orang yang suka ngobrol karena dia suka ngobrol. Sebegitu saja tulisan saya. Mari ngopi.... (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H