Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Atletik Pilihan

Bercermin dari Farah yang Pernah Mengungsi, Disleksia, Lalu Jadi Legenda

25 Maret 2020   20:55 Diperbarui: 25 Maret 2020   21:23 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sukses itu tidak datang dalam semalam, tapi Anda harus berlatih untuk sukses dan percaya pada diri sendiri, itu yang penting."

Mo Farah

Mohamed Muktar Jama Farah nama lengkapnya. Lebih beken dengan sebutan Mo Farah. Lahir di Mogadishu, Somalia, 23 Maret 1983. Lelaki yang dinaturalisasi sebagai warga Inggris itu menurut saya sudah layak disebut legenda di lintasan lari. Sebab, Farah enam kali menyabet medali emas kejuaraan dunia atletik.

Farah mendapatkan medali emas lari 5.000 meter di kejuaraan dunia atletik di Daegu 2011. Pada kejuaraan dunia atletik 2013 di Moscow, Farah mendapatkan medali emas di nomor 5.000 dan 10.000 meter.

Prestasi di Moscow kembali diulang Farah pada kejuaraan dunia atletik di Beijing 2015. Pada 2017 di kejuaraan dunia atletik di London, Farah mendapatkan medali emas di lari 10.000 meter.

Pencapaian gemilang lainnya dari Farah adalah di ajang Olimpiade. Farah yang identik selebrasi dua tangan membentuk tanda hati itu mendapatkan dua medali emas di Olimpiade London 2012 dan Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Farah mendapatkan dua medali emas di nomor 5.000 dan 10.000 meter.

Farah mendeskripsikan keberhasilan itu sebagai buah dari kerja keras. Usai mendapatkan emas di Olimpiade London 2012, Farah memberikan pernyataan ketika ditanya wartawan BBC. "Ini semua hasil kerja keras, perjalanan panjang," ujarnya. Di momen itu pula Farah menjelaskan kacamata hidupnya dalam kerangka agama.

"Alquran mengatakan bahwa Anda harus bekerja keras dalam apapun yang Anda lakukan. Jadi, saya bekerja keras dalam latihan dan itu ada hubungannya dengan menjadi sukses. Sukses itu tidak datang dalam semalam, tapi Anda harus berlatih untuk sukses dan percaya pada diri sendiri, itu yang penting," kata Farah saat Olimpiade 2012 yang kemudian kembali dikutip pernyataannya oleh media the independent setahun setelahnya.

Lika-liku hidup Farah memang luar biasa. Dia mengawali hidup di Somalia yang kala itu didera perang saudara. Namun, dalam sebuah tulisan di The Telegraph yang mengutip biografi Farah, disebutkan bahwa masa kecil Farah di Somalia tak semengerikan yang dibayangkan.

Farah mengatakan bahwa di tempat tinggalnya di Gebilay, Somalia tak ada tentara di jalanan dan tak ada bom, sekalipun Somalia sedang mengalami perang saudara. Mungkin daerah Gebilay adalah daerah non perang.

Namun, tetap saja hidup di negara yang dilanda perang saudara tak bakal menenangkan. Akhirnya Farah bersama saudara-saudaranya diamankan sang ibu ke negara tetangga, Djibouti. Di Djobouti, Farah dan kembarannya bernama Hasan, hidup bersama sang nenek.

Di Djibouti itu, Farah yang masih kecil karena umurnya kurang dari 8 tahun, belajar membaca Alquran di sekolah. Selain itu juga belajar sejarah Prancis dan sejarah lokal di Djibouti. Saat sekolah itu, di pagi hari setiap anak mendapatkan giliran maju ke depan untuk membaca.

Farah pun bercerita bahwa dia kesulitan membaca dan menulis. Dia mengaku menderita disleksia yakni gangguam belajar yang ditandai dengan sulit membaca. Maka jika satu pagi dia akan mendapatkan giliran membaca di depan kelas, Farah memilih menghafalkannya terlebih dahulu di malam hari sampai dia benar-benar hafal.

Tak diceritakan siapakah yang membantu Farah untuk menghafal. Nah, saat membaca di depan murid lain dan guru, Farah seolah-olah membaca dengan cara melihat buku. Padahal, dia bukan membaca tapi menghafal. Berbeda dengan Farah, Hasan yang kembarannya itu justru memiliki bakat alami untuk belajar.

Hidup indah di Djibouti harus berakhir karena sang kakek meninggal dan sang nenek memilih ke Belanda untuk hidup bibi dari Farah. Lalu, Farah yang berumur 8 tahun, pindah ke Inggris untuk hidup bersama ayahnya. Sementara, Hasan tetap di Somalia.

Diketahui, ayah Farah yakni Mukhtar Farah adalah ahli IT yang orang Somalia tapi berwarganegara Inggris. Mukhtar Farah sempat hidup di Somalia untuk bekerja. Saat Farah ikut sang ayah di Inggris, semuanya tak mudah. Sebab, Farah hanya sedikit mengerti bahasa Inggris.

Namun, berkat kerja kerasnya Farah bisa tetap bertahan dan beradaptasi di Inggris. Mulanya Farah ingin menjadi montir atau pemain sayap bagi klub Arsenal. Namun, di usia 11 tahun, seorang guru fisik mengarahkan Farah untuk jadi pelari. Dari situlah sejarah legenda lari dimulai. Kemudian, jalan Farah menjadi warga negara Inggris mulus berkat bantuan Eddie Kulukundis.

Farah sempat bekerja di restoran cepat saji dan toko olahraga selepas lulus sekolah. Kemudian, Farah mendapatkan dana hibah untuk penuh menjadi atlet. Kehidupan Farah lambat laun pun berubah.

Sekalipun agak terlambat bersinar di Olimpiade, toh Farah mampu memberikan yang terbaik bagi Inggris. Farah diketahui mendapatkan medali emas pertama pada ajang Olimpiade di usia 29 tahun.

Sekalipun Farah sukses, masih ada salah satu saudaranya yang hidup di Somalia, selain Hasan. Saudara itu bernama Faisal yang memilih menjadi petani. Saat Farah berlari dan mendapatkan medali emas Olimpiade 2012, Faisal pun mengaku tak cemburu. "Karena saat dia lari, seolah-olah aku juga berlari. Jadi aku tak cemburu," katanya di guardian.

Hidup Farah menjelaskan bahwa lika liku itu ada dan bisa sangat menyulitkan. Farah hidup di tiga negara yang berbeda, berjauhan dengan saudara karena negara dilanda perang saudara, mengidap disleksia. Tapi, kerja keras pantang menyerah Farah yang terinspirasi dari Alquran membuat lelaki kurus ini menjadi legenda. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Atletik Selengkapnya
Lihat Atletik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun