Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ketika Lelaki Bernama Pele Itu Menyepelekan Maradona

25 Maret 2020   10:10 Diperbarui: 25 Maret 2020   21:27 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak ada yang meragukan trofi bergengsi yang dirasakan Pele di ajang piala dunia. Namun, belakangan jika berbicara soal para pemain terbaik dalam sejarah, Pele ngelantur, berbicara menghilangkan fakta.

Diketahui, lelaki bernama asli Edson Arantes do Nascimento itu merasakan tiga trofi piala dunia yakni tahun 1958, 1962, dan 1970. Namun, sejatinya Pele hanua berperan di dua piala dunia yakni 1958 dan 1970. Di Piala Dunia 1962, Pele cedera di laga kedua sehingga praktis tak bermain sampai final.

Di masa itu, Brasil sebenarnya bukan hanya Pele. Bahkan di Piala Dunia 1958 dan 1962, ada Garrincha yang sangat mahir memainkan bola di sisi kanan. Ada juga nama lain seperti Vava, Mario Zagallo dan lainnya. Namun, Pele yang terus membuncah. Dari tahun ke tahun namanya diperbincangkan, khususnya di masa-masa piala dunia. Seolah tak ada yang lebih hebat dari Pele.

Sampai kemudian lelaki 160 cm muncul dari Argentina. Dialah Diego Armando Maradona. Sejatinya, Maradona memiliki kans besar merasakan gelar piala dunia lebih awal, yakni tahun 1978. Saat itu, Maradona berusia 18 tahun dan warga Argentina meminta Cesar Luis Minotti memanggil Maradona ke skuat Argentina. Namun, Minotti menolaknya dengan alasan Maradona terlalu muda untuk menanggung beban di ajang piala dunia. Seperti diketahui, Maradona tak masuk skuat dan Argentina juara Piala Dunia 1978.

Setahun kemudian Maradona membawa Argentina juara Piala Dunia junior. Tujuh tahun setelahnya, Maradona menyihir dunia. Dia menjadi aktor sangat sentral bagi Argentina kala menjadi juara Piala Dunia 1986. Sejarah pun masih mencatat dengan jelas saat Maradona membuat gol dengan tangan dan membuat gol dengan melewati para pemain Inggris. Dua aksi bertolak belakang itu dilakukan dalam satu laga melawan Inggris di babak perempatfinal.

Maradona bukan hanya hebat bersama Argentina. Maradona mampu melambungkan Napoli dengan dua kali juara Liga Italia dan sekali juara Piala UEFA. Pencapaian yang belum pernah lagi diulangi Napoli selepas ditinggal Maradona. Maradona kemudian menjadi sosok lain yang dibicarakan dunia selain Pele. Rivalitas itu kemudian muncul.

Tahun 2000 FIFA memutuskan secara bersama-sama Maradona dan Pele menjadi pemain terbaik abad 20. Padahal, jika mengacu pada polling internet, Maradona lah yang berhak menjadi yang terbaik. Namun, akhirnya FIFA menambah cara lain polling melalui pembaca majalah yang kemudian memenangkan Pele.

Rivalitas siapa yang terbaik antara Pele dengan Maradona mempersengit rivalitas Brasil dan Argentina. Brasil adalah pemegang juara Piala Dunia senior terbanyak dengan lima trofi. Argentina juara enan kali Piala Dunia U-20. Mungkin karena rivalitas itulah Pele mulai ngelantur ketika berbicara siapa pemain terbaik dalam sejarah.

Lelaki yang kini berusia 79 tahun itu mengatakan bahwa dirinya adalah pemain terbaik dalam sejarah sepak bola. Seperti diberitakan football italia, Pele juga mengatakan nama nama besar seperti Beckenbauer, Johan Cruyff, Zico, Ronaldo Brasil, Ronaldinho, Messi, dan Criastiano Ronaldo masih berada di bawah dirinya.

Tapi dalam wawancara itu Pele tak menyebut nama Maradona yang oleh FIFA dinobatkan sebagai pemain terbaik abad 20 bersama Pele. Pele sepertinya memang ngelantur dengan mengesampingkan Maradona. Pele boleh saja mengklaim dia yang terbaik dunia. Itu hak dia. Tapi bukan berarti mengesampingkan nama lelaki yang hampir saja mempecundanginya di tahun 2000 lalu itu.

Mungkin, sentimen negara juga yang membuat Pele menilai bahwa Cristiano Ronaldo adalah pemain terbaik dunia saat ini. Pele tak menyebut Messi sebagai yang terbaik. Mungkin karena Messi berasal dari Argentina. Pele memang sudah mulai menua. Bisa jadi rasa beromantismenya semakin besar sehingga membuatnya ngelantur dalam menyebut nama-nama legenda sepak bola dunia.

Sebenarnya rivalitas negara dan individu tak perlu sampai meniadakan. Argentina dan Brasil memiliki contoh bagus dalam relasi Messi dan Ronaldinho. Keduanya pernah sama-sama di Barcelona. Hubungan keduanya pun akrab. Ketika Ronaldinho ditendang dari Barcelona agar tempatnya diduduki Messi, tak membuat Ronaldinho ngambek.

Dalam banyak kesempatan ketika Ronaldinho tak lagi di Barcelona, dia mengatakan bahwa dia dekat dengan Messi. Ronaldinho pun sudah menduga Messi akan jadi pemain besar. Relasi yang sama juga terjadi antara Neymar dan Messi. Sekalipun keduanya tak lagi bersama, tak ada aroma permusuhan dari keduanya. Atau mungkin pemyakit sebagian orangtua adalah post power syndrome dan mudah ngelantur? (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun