Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Atletik Artikel Utama

Untuk Pengurus Olahraga, Lihatlah Totalitas Bob Hasan

22 Maret 2020   13:54 Diperbarui: 23 Maret 2020   03:40 1574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bob Hasan (kanan), sumber foto: kompas.com/jalu w wirajatiBob Hasan (kanan). Sumber foto kompas.com

Lebih dari empat dekade alias 40 tahun Muhammad Hasan atau yang lebih dikenal dengan nama Bob Hasan memimpin Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI). 

Dia rela berkorban untuk olahraga yang tak "semewah" sepak bola itu. Tak mewah karena perputaran bisnis di dunia atletik tak sebagus sepak bola.

Selain itu, karena memang tak digandrungi banyak orang, atletik pun jarang jadi perbincangan. Jarang ada tongkrongan yang membahas atletik. Padahal, atletik adalah ibu dari hampir semua olahraga.

Mungkin karena atletik tak populer itu, pernah satu ketika jika Bob Hasan mencurahkan perasaannya jika pemerintah tak memperhatikan cabang atletik. 

Saya menyimpulkan, di lahan yang kering itu, Bob Hasan berjuang puluhan tahun dengan totalitasnya. Gambaran-gambaran totalitas Bob Hasan itu bisa dilihat dari beberapa hal.

Pertama, Bob rela menjadi ketua umum PASI sampai lebih dari 40 tahun. Mengurusi hal yang tak menjanjikan dalam hal ekonomi selama lebih dari 40 tahun adalah bukti totalitas, bukti cinta yang mendalam.

Kedua, Bob yang pengusaha itu, tak ragu merogoh koceknya sendiri. Saat Lalu Muhammad Zohri jadi juara dunia junior lari 100 meter di Finlandia beberapa tahun lalu, Bob adalah orang yang ada di belakangnya. Bob lah yang mengeluarkan duit dari koceknya agar Zohri bisa berbicara di level internasional.

Ketiga, Bob tak berkoar-koar. Sependek ingatan saya, euforia keberhasilan Zohri membuat banyak orang berbicara. Mereka memberikan pujian luar biasa pada Zohri. Beberapa di antaranya juga memberikan hadiah pada Zohri. 

Banyak orang melambung karena ikut nimbrung dalam kesuksesan Zohri. Namun, Bob yang telah berjuang sedari awal untuk Zohri jarang tersorot. 

Namun, lelaki yang sudah kepala delapan itu tak terlihat belingsatan. Dia tenang saja ketika banyak orang tak melihatnya di balik kesuksesan Zohri.

Keempat, di masa kepemimpinannya, banyak nama-nama yang mengharumkan nama bangsa dari atletik. Ada raja Asia Tenggara di tahun 80-an, Mardi Lestari. Ada pelari jarak jauh putri Triyaningsih yang mendapatkan emas di Sea Games 2007, 2009, dan 2011 di nomor 5.000 dan 10.000 meter. Ada juga Ruwiyati, kakak dari Triyaningsih yang mendapatkan medali emas di maraton Sea Games 1995 dan 1997.

Ada juga Supriyati Sutono yang secara heroik mampu mendapatkan medali emas Asian Games 1998 di nomor 5.000 meter. Catatan waktu Supriyati saat itu adalah 15:54,45 dan jadi rekor baru. Saat laga final saya masih ingat bagaimana Supriyati menggenjot larinya di jarak-jarak jelang finish. 

Dia yang awalnya tertinggal jauh dari Sunita Rani (India), justru bisa menyalip Sunita di jarak jelang finish. Sayangnya, momen itu sulit saya dapatkan videonya di dunia maya.

Nama Eduardus Nabunome juga tak boleh dilupakan. Edu banyak mendapatkan medali emas Sea Games di dekade 80-an dan 90-an untuk lari jarak jauh. Belakangan ada juga pelari jarak pendek yang sempat jadi manusia tercepat se Asia Tenggara yakni Suryo Agung. Terakhir tentu saja Zohri.

Masih sangat banyak pelari yang mencuat ke permukaan dengan prestasinya di masa kepemimpinan Bob di PASI. Tentunya tak semua saya sebutkan.

Kelima, Bob tak memanfaatkan lari untuk kepentingan politik praktis. Mungkin karena dia basisnya adalah pengusaha. Tak jarang, orang menjadi ketua cabang olahraga sebagai bagian untuk meraih massa di ajang pemilu. Tapi, Bob sepertinya tak menggunakan tempatnya di PASI untuk kepentingan politik.

Namun, di tengah banyak nilai plus itu, Bob tetaplah manusia. Dia juga pernah masuk di ruang gelap karena tersandung kasus pidana. Namun, kasus itu jauh dari dunia atletik yang memang tak bisa dikaitkan dengan dunia atletik.

Oiya, Bob juga identik dengan Orde Baru. Sebab, Bob adalah salah satu orang dekat mantan Presiden Soeharto. Tapi, sekalipun zaman sudah berubah ke era Reformasi, Bob tetap menjadi petinggi di PASI. 

Diketahui, Bob adalah lelaki kelahiran Semarang 1931. Lelaki yang memiliki darah Tionghoa ini pernah menjabat Menteri Perindustrian dan Perdagangan pada Maret-Mei 1998. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Atletik Selengkapnya
Lihat Atletik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun