Melihat begitu melejitnya karir Komjen. (Pol) Tito Karnavian, bertanyalah seorang kawan, "Bagaimana menurut anda tentang fenomena melejitnya karir Tito Karnavian dalam usia yang relatif muda, dan bagaimana kira-kira kiprahnya ke depan?".
+ Persoalan ke depan, itu pengetahuan Tuhan. Wallahu a'lam saja lah dulu saya jawab. Namun, kita bisa menduga-duga, termasuk saya. Walaupun dalam ranah politik, kepastian itu selalu berada di "last-minutes". Kita lihat, dalam usia 51 tahun, "wong kito" Tito Karnavian (kelahiran Palembang) ini telah mampu meraih posisi tertinggi di bidangnya, Kapolri (setidaknya jadi calon tunggal dari Presiden dan telah disepakati DPR-RI secara aklamasi). Ia menjadi orang Palembang yang menyusul senior-seniornya sesama orang Palembang memasuki "ring 1" elit politik nasional seperti alm. Taufik Kiemas, Hatta Radjasa dan Marzuki Ali (mantan Ketua DPR-RI).Â
Lalu mungkinkah Tito jadi Kapolri selama 7 tahun, sampai beliau pensiun ?. Dalam politik, tidak ada yang tidak mungkin. Walau terasa terlampau lama, semuanya bisa terjadi, dengan catatan, Jokowi tetap jadi Presiden RI pada (kesempatan) periode ke dua. Tapi saya justru memiliki dugaan lain. Tito Karnavian, yang dianggap sebagai tipikal perwira tinggi Polri smart-cerdas ini, hanya akan menjabat sebagai Kapolri selama tiga tahun, lebih kurang.
"Lho ... kok begitu?', tanya kawan ini dengan serius.
+ Saya yakin, tahun 2019 yang akan datang, Jenderal Tito Karnavian akan dipilih Jokowi menjadi Wakil-nya dalam Pilpres 2019 yang akan datang. Pada tahun ini, usia Jokowi 58 tahun, sedangkan Tito berusia 54 tahun. Secara kalkulatif, bila Tito memiliki prestasi yang mumpuni kala menjabat Kapolri, dugaan dipilihnya Tito sebagai calon Wakil Presiden oleh Jokowi, sangat rasional dan secara kalkulatif-politis, amat menguntungkan bagi Jokowi. Wallahu a'lam.
Ini hanya dugaan. Orang bisa saja menganggap ini analisis "demam" atau "asbun". Tapi saya menguhubungkan simpulan/dugaan saya tersebut pada dua hal :
1. Begitu kuatnya keinginan Jokowi untuk menjadikan Tito sebagai Kapolri. Kehadiran Tito yang "junior", mendobrak kemapanan pola kaderisasi pucuk pimpinan di tubuh Polri yang mengacu kepada parameter Angkatan (Tamatan Akpol tahun berapa ?). Sejak menjadi Kapolda Papua, Jokowi mulai memperhatikan kiprah Tito. Banyak yang berpendapat, ketika Tito menjadi Kapolda Metro Jaya serta memperoleh bintang dua dalam usia yang muda, semuanya tak terlepas dari "pesan" dan "keinginan" Jokowi. Termasuk ketika Jokowi mengangkatnya menjadi Ketua BNPT dengan bintang tiga dipundak Tito.Â
Promosi bintang tiga ini hanya butuh beberapa bulan bagi Tito dalam menjabat sebagai Kapolda Metro Jaya. Dalam bahasa ilmu politik, perjalanan karir ini tidak "kebetulan", tapi pasti ada stimuli politik dan stimuli kepentingan elit politik - terlepas bahwa Tito memang berkualitas. Kehadiran Tito nantinya memberikan investasi politik tersendiri bagi Jokowi tahun 2019. Muda, smart dan dari kalangan "bersenjata". Hal ini akan mereduksi pengaruh personal Prabowo Subianto atau SBY (bila mencalonkan diri kembali).Â
"Diamnya" Megawati terhadap proses pencalonan Tito ini, memberikan pesan bahwa Tito sedang dipersiapkan untuk (nantinya) bisa dikapitalisasi menyelamatkan "suara" PDI-P, kelak. Bagaimanapun juga, suara PDI-P, sangat tergantung dengan kinerja dan pencitraan politik Jokowi periode ini.
2. Saya ingat beberapa bulan yang lalu, ketika menguatnya isu bahwa Ahok sedang diformat oleh Jokowi menjadi calon Wakil Presiden pada tahun 2019 yang akan datang, Jokowi membantahnya melalui "mulut Ahok" sendiri. Disebuah media digital (detik.news), Ahok memberikan klarifikasi selaligus menyampaikan keinginan Jokowi tentang kriteria Wakilnya tahun 2019 yang akan datang. Ahok berkata, "Bapak Jokowi berkeinginan calon Wakilnya nanti bukan dari kalangan politisi.Â
Saya sudah tahu. Kita tunggu saja kejutannya nanti". Sudah menjadi ketentuan umum bagi yang namanya manusia, kalau kita menginginkan sesuatu, maka kita akan mengkondisikan. Dan siapa-siapa sajakah figur yang terkesan "dikondisikan" oleh Jokowi untuk melejit ? .... hanya dua orang. Pertama, Luhut Binsar Panjaitan yang sekarang menjabat sebagai Menkopolhukam. Kedua, Tito Karnavian. Pada Luhut B. Panjatan, terdapat ketidakmungkinan politis untuk tahun 2019. Disamping akan memunculkan resistensi luar biasa dari kalangan mayoritas, usia Luhut pun mulai menua. Maka, tinggal satu lagi ..... Tito Karnavian.
Wallahu a'lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H