Mohon tunggu...
Muhammad IlhamAthallah
Muhammad IlhamAthallah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa yang kebetulan Hopeless Romantic

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Batu Sabak, Batuan Metamorf Yang Memiliki Banyak Kegunaan

13 November 2023   00:08 Diperbarui: 13 November 2023   00:13 1052
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Museum Sri Baduga, sebelumnya dikenal sebagai Museum Negeri Jawa Barat, adalah museum yang terletak di Kota Bandung, Jawa Barat. Museum ini didirikan pada tahun 1928 dengan nama "Museum Prasejarah dan Etnografi". Pada tahun 1962, museum ini berganti nama menjadi "Museum Negeri Jawa Barat". Pada tahun 2014, museum ini berganti nama lagi menjadi "Museum Sri Baduga". Museum Sri Baduga memiliki koleksi yang beragam, meliputi koleksi prasejarah, arkeologi, etnografi, numismatik, dan seni rupa. Koleksi prasejarah museum ini meliputi fosil dan artefak dari zaman batu, zaman logam, dan zaman prasejarah lainnya. Koleksi arkeologi museum ini meliputi artefak dari zaman Hindu-Buddha, zaman Islam, dan zaman kolonial. Koleksi etnografi museum ini meliputi benda-benda yang berkaitan dengan budaya masyarakat Jawa Barat, seperti pakaian tradisional, alat musik, dan senjata. Koleksi numismatik museum ini meliputi mata uang dari berbagai zaman, mulai dari zaman Hindu-Buddha hingga zaman modern. Koleksi seni rupa museum ini meliputi lukisan, patung, dan kerajinan tangan. Museum Sri Baduga merupakan salah satu destinasi wisata edukasi yang populer di Kota Bandung. Museum ini buka setiap hari dari pukul 08.00 hingga 16.00 WIB. Pada tahun 2022, Museum Sri Baduga telah direnovasi. Renovasi ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan dan kenyamanan pengunjung. Renovasi ini meliputi penambahan ruang pameran, perbaikan fasilitas, dan penambahan sarana edukasi.

Batu sabak adalah batuan metamorf homogen berbutir halus yang berfoliasi dan berasal dari batuan asal berupa batuan sedimen bertipe menyerpih yang terdiri dari lempung atau abu vulkanik yang mengalami metamorfisme regional berderajat rendah. Ini adalah batuan metamorf foliasi berbutir paling halus. Batu sabak biasanya berwarna abu-abu, terutama yang biasa terlihat sebagai penutup atap. Meskipun begitu, batusabak dapat terbentuk dalam warna yang bermacam-macam bahkan dapat berwarna khas pada satu tempat saja. Batu sabak berbeda dengan batu serpih.

Ciri-ciri batu sabak:

  • Tekstur halus
  • Berfoliasi
  • Berwarna abu-abu
  • Komposisi utama adalah mineral lempung atau mika
  • Tahan terhadap pelapukan

Batu sabak terbentuk dari proses metamorfisme regional, yaitu proses perubahan batuan secara fisik dan kimia akibat suhu dan tekanan yang tinggi. Pada proses metamorfisme regional, batuan sedimen bertipe menyerpih, seperti serpih dan batu lumpur, mengalami perubahan tekstur dan komposisi mineralogi. Proses metamorfisme regional terjadi di bawah kerak bumi, pada kedalaman sekitar 10-15 kilometer. Suhu di bawah kerak bumi dapat mencapai 300-500 derajat Celcius, sedangkan tekanannya dapat mencapai 5000-10000 atmosfer. Pada suhu dan tekanan yang tinggi, mineral-mineral lempung dalam batuan sedimen bertipe menyerpih mengalami perubahan menjadi mineral-mineral mika, seperti biotit dan muskovit. Perubahan ini menyebabkan terbentuknya tekstur foliasi pada batu sabak.

Batu sabak memiliki berbagai kegunaan, antara lain:

  • Bahan bangunan, seperti penutup atap, dinding, dan lantai
  • Bahan kerajinan tangan, seperti patung, vas, dan perhiasan
  • Bahan baku industri, seperti pembuatan kertas, keramik, dan cat

Selain menjadi kegunaan yang saya sebutkan di atas, batu sabak juga digunakan untuk murid-murid SD di Indonesia sampai awal tahun 60an untuk menulis. Alat tulis pasangannya adalah grip yang terbuat dari batu sanak dibuat menyerupai pensil. Batu sabak merupakan batuan yang cukup umum dijumpai di Indonesia. Batu sabak dapat ditemukan di berbagai daerah, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, dan Kalimantan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun