Mohon tunggu...
Muhammad Ilham Saputra
Muhammad Ilham Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Pencinta Sepak Bola

- M E N U L I S -

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

European Super League, Sebuah Opsi atau Petaka?

19 April 2021   14:25 Diperbarui: 19 April 2021   20:10 716
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini, saya memulai pagi dengan mencuci muka, melaksanakan shalat Dhuha, lalu mengecek sosial media saya yaitu Twitter. Namun, ada yang berbeda di beranda Twitter saya pagi ini. 

Biasanya konten-konten lucu dan menjijikan membajiri beranda Twitter saya. Akan tetapi, hari ini, justru isu sepak bola lah yang membanjiri beranda twitter saya. Loh... lohh ada apa ini?

'Europa Super League', itulah sebuah tema yang sedang ramai diperbincangkan oleh berbagai kalangan pecinta sepak bola di seluruh dunia. 

Bahkan, perbicangan ini sudah mencapai trending topic di Twitter! Wow biasanya yang trending topic itu kekalahan Manchester United, Liverpool, Barcelona, atau tim-tim besar lainnya deh...

Setelah saya baca dan mencari apa itu Europa Super League atau kita bisa singkat ESL di berbagai macam platform. 

Singkatnya, ESL ini adalah sebuah liga yang diinisiasi oleh 12 tim besar di daratan Eropa, yakni England's Big Six (Manchester United, Manchester City, Chelsea, Liverpool, Arsenal, dan Tottenham Hotspur) - plus Juventus, Inter Milan, dan AC Milan dari Italia, dan Barcelona, Real Madrid, dan Atletico Madrid dari Spanyol.

Jika dipikir-pikir, akan sangat menyenangkan bukan melihat 12 tim besar yang biasanya hanya bertarung di Liga Champions atau Liga Eropa, kali ini harus bertanding satu sama lain tiap Minggu? Eits... jangan senang dulu dong.

Menurut berita yang ditulis oleh The Sydney Morning Herald, lonsep pembuatan ESL ini dilatar belakangi oleh kekesalan para petinggi-pettingi klub terhadap superioritas UEFA/FIFA sebagai pemangku kebijakan tertinggi di industri sepak bola. Mereka bahkan bisa memberikan sanksi terhadap pemain yang tidak ingin bermain untuk Liga Champions dikarenakan membela timnasnya. Gila bukan?

Tidak hanya itu, keputusan ke-12 tim tersebut untuk membentuk sebuah liga yang akan menjadi tandingan liga yang di bawah naungan UEFA, pastinya dikarenakan: uang. 

Yup! Pembahasan itu muncul dari sebuah akun twitter bernama @yoga_cholanda. Ia menjelaskan dalam utasnya bahwa pembentukan ESL ini dimulai oleh Presiden Juventus, Andrea Agnelli, yang juga merupakan ketua Europe Club Association (ECA), membentuk ESL ini dikarenakan klubnya membutuhkan sokongan dana lebih agar bisa bersaing dengan tim-tim besar di Eropa. 

Keinginan tersebut muncul karena sulit dan melambatnya daya tarik penonton terhadap kompetisi Serie-A. Bagaimana tidak? Siaran yang jelek, lapangan yang buruk, kasus rasialisme yang bejibun, serta kriminalitas yang dilakukan oleh Ultras sangat tinggi. Karena minus yang banyak ini, banyak pemegang uang jadi males untuk menaruh uangnya di Serie-A.

Permasalahan tersebut sebenarnya sudah didengar oleh UEFA. Rencananya, untuk menjawab pertanyaan tersebut, mereka akan menggulirkan sebuah kompetisi tingkat tiga bernama Europe Conference League (ECL). UEFA sudah mau mengalah dan berusaha untuk mengambil jalan tengah dari permasalahan ini. Namun, ECA tetap kekeh untuk membuat ESL. 

Pembuatan ESL ini juga berdampak besar bagi klub tersebut. UEFA secara terang-terangan mengatakan bahwa ia akan memberikan sanksi yang sangat berat terhadap klub-klub yang bermain di ESL ini. 

Menurut CNN Indonesia, sanksi yang diberikan oleh UEFA adalah larangan bermain di kompetisi domestik dan membayar denda sebesar 60 miliar Euro. Para pemain yang bermain di ESL pun juga akan terancam tidak bisa bermain di kompetisi Internasional.

Tidak hanya sanksi dari pemangku kebijakan, sanksi kepada klub yang bermain di ESL akan datang dari para pendukungnya sendiri. Loh kok bisa?  

Yah jelas bisa dong. Mana ada suporter yang ingin klubnya bermain hanya untuk uang. Bahkan, mantan pemain Manchester United, Gary Neville, mengatakan bahwa ide klub-klub yang ikut ESL ini adalah murni "uang" dan mengutuk mereka untuk segera di degradasi.

Permasalahan ini akan menjadi sebuah permasalahan yang pelik bagi sepak bola Eropa. Namun, kita sebagai masyarakat Indonesia yang menikmati pertandingan liga Eropa, hal-hal seperti ini sudah pernah kita rasakan bukan? hihi 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun