Paradigma pendidikan yang terus berubah mengikuti perkembangan zaman menyebabkan sejumlah keberagaman peserta didik tidak dapat dihindari. Keberagaman peserta didik merupakan suatu kenyataan yang kerap ditemukan dalam kelas dan menjadi tantangan bagi guru untuk menghadirkan pembelajaran bermakna yang berpihak pada peserta didik. Setiap peserta didik dikodratkan dengan karakteristik yang berbeda secara kognitif, minat, latar belakang, sosial-budaya, hingga gaya belajarnya. Menurut Wardani dan Rohman (2018), keragaman ini mempengaruhi cara setiap peserta didik dalam menggali pengetahuan dan mengekspresikan pemahamannya dalam pembelajaran dalam kelas. Misalnya, sebagian peserta didik akan lebih paham suatu materi jika dipraktekkan secara kontekstual, sementara sebagian lainnya memiliki kemampuan tinggi dalam berpikir abstrak. Selain itu, perbedaan sosial-budaya dan ekonomi juga berkontribusi dalam variasi motivasi dan tujuan belajar peserta didik (Samrin, Syahrul, dan Maknun, 2020). Oleh karena itu pembelajaran yang dirancang seragam tidak akan efektif dalam memenuhi kebutuhan belajar setiap peserta didik, sehingga perlu pendekatan yang responsif terhadap keberagaman ini agar setiap peserta didik memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai tujuan pembelajaran meski memiliki karakter yang berbeda (Maulana & Kartono, 2020).
Sebagai upaya mengakomodasi kebutuhan belajar, Kurikulum Merdeka hadir di Indonesia hadir dengan fokus mengembangkan kompetensi dan karakter peserta didik, terutama mempersiapkan mereka menuju tantangan abad 21 (Kemendikbud, 2022). Kurikulum Merdeka menekankan pentingnya pengembangan berpikir kritis, komunikasi, kolaborasi, dan kreativitas yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk bersaing secara global (Hanipah, 2023). Selain itu, kurikulum ini juga menargetkan Profil Pelajar Pancasila untuk membentuk karakter dan kompetensi peserta didik yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila (Ibrahim, 2022). Namun, pencapaian target ini membutuhkan strategi pembelajaran yang mampu menyesuaikan karakteristik unik peserta didik, sehingga semua peserta didik, tanpa terkecuali, dapat mencapai potensi optimal yang dimilikinya sebagaimana tujuan dari Kurikulum Merdeka.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah pendekatan yang efektif untuk mencapai tujuan Kurikulum Merdeka (Maryam, 2021). Melalui pendekatan ini guru dapat menyusun strategi pembelajaran dengan menyesuaikan konten, proses, produk, dan lingkungan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, minat, kemampuan masing-masing peserta didik (Rombe, dkk, 2023). Fauziah (2023) menyebutkan bahwa pembelajaran berdiferensiasi dibagi menjadi 4 komponen: diferensiasi konten, diferensiasi proses, diferensiasi produk, dan lingkungan belajar. Melalui pembelajaran berdiferensiasi, peserta didik tidak hanya memahami materi, namun juga mengembangkan keterampilan kritis dan mandiri yang selaras dengan Kurikulum Merdeka (Hidayati, 2022).
 Implementasi pembelajaran berdiferensiasi dalam mencapai target Kurikulum Merdeka dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan yang sistematis (Sarnoto, 2024). Langkah pertama adalah identifikasi profil belajar peserta didik dengan cara memahami kebutuhan, minat, dan kemampuan peserta didik melalui asesmen awal atau pengamatan langsung di kelas (Wijiastuti & Nisa, 2023). Hasil identifikasi ini menjadi dasar bagi guru untuk menyusun strategi dan rancangan pembelajaran yang berpihak pada peserta didik. Kedua, guru dapat menentukan jenis diferensiasi yang tepat dengan profil belajar peserta didik dan disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ditentukan. Misalnya, guru dapat memberikan materi yang lebih sederhana bagi peserta didik yang belum unggul dan memberikan materi yang lebih kompleks  bagi peserta didik yang unggul, serta menggunakan variasi metode pengajaran seperti diskusi atau pembelajaran berbasis proyek untuk memenuhi kebutuhan gaya belajar yang berbeda beda (Fauziah, 2021).
Pembelajaran berdiferensiasi sebagai upaya pemenuhan target Kurikulum Merdeka dapat ditunjang dengan penggunaan teknologi pembelajaran, terutama dalam mendukung kemandirian belajar peserta didik (Nurrahma, 2024). Rahmawati (2022) menyebutkan bahwa platform digital dan pembelajaran yang adaptif memungkinkan guru untuk menyediakan materi tambahan atau latihan yang bisa dikerjakan oleh peserta didik secara mandiri sesuai dengan kebutuhan belajar dan kemampuannya. Melalui teknologi guru dapat memberikan umpan balik yang cepat dan spesifik kepada peserta didik, sehingga mereka dapat memperbaiki pemahaman dan kemajuan belajar secara real-time. Dengan demikian, teknologi membantu memperluas cakupan pembelajaran berdiferensiasi sehingga banyak peserta didik yang dapat diakomodasi kebutuhan belajarnya.
Meski memberikan banyak manfaat, penerapan pembelajaran berdiferensiasi sebagai upaya pemenuhan target kurikulum yang berpihak pada keberagaman peserta didik juga memiliki tantangannya tersendiri. Salah satu tantangannya adalah keterbatasan waktu dan sumber daya, di mana guru dituntut untuk merancang materi, metode, dan asesmen yang sangat bervariasi dalam satu kelas yang heterogen. Kemampuan guru dalam pengelolaan dan pengendalian kelas juga menjadi tantangan, karena hal tersebut yang akan menentukan ketercapaian tujuan pembelajaran dan keberhasilan pembelajaran berdiferensiasi. Ibrahim (2022) mengungkapkan bahwa pengembangan kompetensi guru terutama dalam mengimplementasikan metode pembelajaran inovatif sangat diperlukan untuk mendukung keberhasilan pembelajaran berdiferensiasi. Keterbatasan  fasilitas dan akses terhadap teknologi juga dapat menjadi tantangan serius yang dapat menghambat implementasi pembelajaran berdiferensiasi secara optimal. Diperlukan dukungan berbagai pihak, termasuk pemerintah, sekolah, hingga wali murid peserta didik untuk memastikan seluruh peserta didik mendapatkan kesempatan yang setara dan sesuai dengan potensi mereka masing masing
Keberagaman peserta didik merupakan tantangan sekaligus peluang dalam penerapan Kurikulum Merdeka di Indonesia. Melalui pembelajaran berdiferensiasi, guru dapat merancang dan menerapkan strategi pembelajaran yang responsif untuk mengakomodasi kebutuhan belajar peserta didik, sehingga setiap peserta didik memiliki kesempatan yang setara untuk mengembangkan potensinya masing-masing. Pembelajaran berdiferensiasi tidak hanya membantu upaya pencapaian target akademik, tetapi juga mendukung pengembangan karakter dan kompetensi peserta didik yang relevan dengan Profil Pelajar Pancasila. Meski dihadapkan dengan berbagai tantangan, implementasi pembelajaran berdiferensiasi dapat dioptimalkan melalui peningkatan kompetensi guru, penggunaan teknologi, serta dukungan dari berbagai pihak terkait. Dengan demikian, diharapkan pendidikan yang inklusif dan berdaya saing global dapat tercapai sesuai dengan target Kurikulum Merdeka. (Ilham: 04/01)
Referensi: