Mohon tunggu...
Heryanto budiman turoka
Heryanto budiman turoka Mohon Tunggu... Tutor - Tutor

Main bultang

Selanjutnya

Tutup

Raket

Kemajuan Cabor Badminton Indonesia: Mengapa Beberapa Sektor dalam Cabor Badminton Mengalami Penurunan?

14 November 2024   13:20 Diperbarui: 14 November 2024   13:29 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Indonesia kembali meraih prestasi di ajang Daihatsu Indonesia Masters 2023 dengan dua gelar, yakni Jonatan Christie di tunggal putra dan pasangan Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin di ganda putra. Namun, meski ada kemenangan tersebut, penurunan performa di beberapa sektor menjadi sorotan. Dari 23 wakil Indonesia yang berpartisipasi, hanya tiga yang berhasil melaju ke semifinal. Hal ini menjadi tanda adanya masalah dalam regenerasi pemain dan kesiapan sektor lain untuk menghadapi kompetisi di tingkat internasional. Menanggapi hal ini, Ketua Umum PBSI, Agung Firman Sampurna, menegaskan bahwa meski Indonesia masih bisa meraih kemenangan, evaluasi dan perbaikan harus segera dilakukan. "Kami menyadari bahwa persaingan di dunia bulu tangkis semakin ketat, dan regenerasi pemain adalah hal yang sangat penting untuk menjaga kualitas prestasi," ujar Agung. Dengan pengamatan ini, jelas bahwa meski prestasi tetap ada, tantangan besar dalam pembinaan dan regenerasi perlu diatasi agar Indonesia tetap unggul di dunia bulu tangkis.

Salah satu faktor utama yang menyebabkan penurunan prestasi Indonesia adalah kurangnya regenerasi pemain di beberapa sektor. Pebulutangkis senior yang telah lama berkompetisi, seperti Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan, mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan performa seiring bertambahnya usia. Menurut legenda bulu tangkis Indonesia, Taufik Hidayat, hal ini merupakan bagian dari siklus alamiah dalam olahraga. "Usia tidak bisa dibohongi, dan kita perlu menyiapkan generasi berikutnya agar bisa menggantikan posisi mereka yang telah berpengalaman," kata Taufik. Dia menambahkan bahwa Indonesia harus lebih fokus pada pembinaan usia dini dan meningkatkan kualitas pelatih. Meskipun ada banyak bakat muda, proses pengembangan yang belum optimal menjadi kendala utama. Sebagai contoh, sektor ganda putri Indonesia yang terus mencari pasangan yang stabil dan mampu bersaing di level dunia. Hal ini menunjukkan bahwa tanpa regenerasi yang baik, Indonesia akan kesulitan mempertahankan dominasi di sektor-sektor tertentu.

Selain itu, jadwal turnamen yang padat juga menjadi tantangan besar bagi para pemain Indonesia. Banyaknya turnamen BWF sepanjang tahun mengharuskan pemain untuk tampil secara maksimal hampir setiap minggu. Seperti yang diungkapkan oleh pelatih ganda putra, Flandy Limpele, kondisi fisik dan mental pemain sangat terganggu akibat jadwal yang begitu padat. "Banyak pemain yang mulai kelelahan, baik secara fisik maupun mental. Turnamen yang terlalu sering membuat mereka kesulitan menjaga kondisi terbaik mereka," kata Flandy. Di sisi lain, negara-negara lain seperti China dan Jepang, yang juga memiliki pemain berkualitas, semakin sulit untuk dikalahkan karena sistem pembinaan mereka lebih terstruktur dan fokus pada pengembangan jangka panjang. Hal ini menuntut Indonesia untuk mengatur jadwal lebih baik dan memberikan peluang kepada pemain muda untuk tampil di ajang internasional guna memperoleh pengalaman yang lebih banyak, tanpa mengorbankan kondisi fisik mereka.

Untuk itu, langkah-langkah strategis yang lebih terencana perlu diambil oleh PBSI untuk mengatasi penurunan prestasi di beberapa sektor. Salah satunya adalah dengan memperbaiki sistem pembinaan yang dimulai dari usia dini. Menurut mantan pelatih tim Indonesia, Mulyo Handoyo, pembinaan yang lebih terarah dan berkelanjutan menjadi kunci utama untuk mencetak pemain berkualitas. "Kami harus mulai membangun fondasi yang kuat dari tingkat daerah, untuk kemudian dipantau dan dibina lebih lanjut agar bisa bersaing di level internasional," kata Mulyo. Selain itu, program pelatihan yang melibatkan teknologi dan metode ilmiah harus diperkenalkan, guna meningkatkan kualitas pelatihan. Seiring dengan itu, pengembangan pelatih juga perlu dilakukan, agar mereka bisa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknik dalam dunia bulu tangkis. Langkah-langkah ini, menurut Mulyo, sangat penting agar Indonesia bisa mempertahankan posisinya sebagai salah satu kekuatan besar dalam bulu tangkis dunia. Pembinaan yang efektif, yang melibatkan kolaborasi antara pemain, pelatih, dan pihak pengelola, akan membawa Indonesia kembali ke jalur kejayaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun