Mohon tunggu...
Ilham Alfaridzi
Ilham Alfaridzi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya Ilham Alfarizi mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia. Hobby saya berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Pembina/Pelatih SSB yang Perlu Diperhatikan dan Betapa Vitalnya SSB bagi Pembentukan Karakter Anak di Desa Pajagan

26 Mei 2023   13:54 Diperbarui: 26 Mei 2023   14:06 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Harus di sadari, olah raga sepak bola yang sangat banyak diminati anak Indonesia, sangat strategis membentuk karakter anak. Dok. pribadi

Kita sengaja memfokuskan usia anak dan remaja agar mudah dibina dan belum terkontaminasi kegiatan yang negatif, Jadi kehadiran SSB ini salah satu tindakan preventif terhadap kenakalan  remaja di wilayah ini.

Sangat kontradiksi dengan beban dan tanggungjawab yang diemban, bahwa faktanya yang dihadapi dan ditangani adalah anak-anak usia dini dan muda, yang sangat butuh asupan "pendidikan" yang benar, sehingga membentuk karakter sebagai pondasi yang kokoh untuk jenjang berikutnya.

Salah besar, bila melalui sepak bola, anak-anak usia dini dan muda, salah peletakan pondasi dan hanya mencekoki anak-anak "melulu" hanya tentang permainan sepak bola terkhusus menyoal teknik dan fisik dan mengejar prestasi dengan cara negatif?

Seharusnya, ada stakeholder yang "mengontrol" hal ini, sebab hingga saat ini, terbiarkan "manusia-manusia" yang belum lulus standar membina dan mendidik anak usia dini dan muda, di Indonesia tanpa bekal akademis, pendidikan yang memadai, dan hanya berbekal sebagai mantan pemain atau sekadar lisensi kepelatihan D, C, dan seterusnya yang belum cukup sebagai bekal mengampu anak-anak di level pondasi kehidupan.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Sementara makna sepak bola adalah permainan beregu di lapangan, menggunakan bola sepak dari dua kelompok yang berlawanan yang masing-masing terdiri atas sebelas pemain, berlangsung selama 2 x 45 menit, kemenangan ditentukan oleh selisih gol yang masuk ke gawang lawan.

Jadi bila digabung, makna filsafat sepak bola, jelas sangat jauh dari sekadar teknik dan fisik. Terkait dengan filsafat, maka dalam permainan sepak bola jelas ada intelegensi dan personaliti yang lebih menjadi pondasi bagaimana seorang anak dapat mengendalikan kemampuan teknik dan fisiknya, menjadikan seorang anak memahami siapa diri dan seberapa besar kemampuan teknik dan fisiknya.

Saat berada di tim dapat menjadi anggota tim yang kolektif, tidak individuallistis dan egois.

Bila seorang pelatih SSB saat mengajarkan materi passing kepada siswa langsung menyelipkan makna pendidikan dari passing, semisal passing yang benar sesuai teknik passing, lalu melihat jarak yang di passing, maka akan ada hubungan dengan fisik, yaitu seberapa kekuatan passing yang dibutuhkan.

Bila filosofi passing diterapkan dalam kehidupan nyata, maka seorang anak akan dapat hidup di lingkungan keluarga dan masyarakat tidak membuat susah sendiri, tidak merepotkan orang lain, tidak membikin masalah yang membahayakan diri, keluarga/masyarakat, tidak egois, mementingkan kerjasama, tidak individualis, karena cerdas intelgensi dan personaliti.

Luar biasa banyak, filosofi dalam permainan sepak bola yang dapat membimbing karakter siswa menjadi kuat untuk praktik dalam kehidupan nyata, menjadi manusia berbudi, santun, berbesar hati, tahu diri, dan rendah hati. Ingat, permainan sepak bola yang diminati anak-anak, sangat mujarab menjadi pintu pembinaan mental dan karakter anak, lebih dari sekadar mimpi menjadi pemain timnas. Itulah tugas para pembina dan pelatih di SSB termasuk para orang tua.

Bukan seperti selama ini, berpikir sepak bola berdiri sendiri. Ada tugas mulia yang dapat diemban oleh sepak bola akar rumput dalam membentuk manusia Indonesia seutuhnya.

Seorang pembina/pelatih yang memiliki kecerdasan emosional akan terlihat jelas dari cara mendidik, yakni sabar dan bijaksana sehingga tidak mudah terpancing oleh kenakalan siswanya.

Adapun dengan kecerdasan intelektual, pembina/pelatih akan menempatkan dirinya sebagai sosok yang punya daya tarik tersendiri bagi siswa. Lebih dari itu, pembina/pelatih wajib selalu berusaha mengembangkan kemampuannya agar menemukan kreasi dan inovasi baru demi memotivasi siswanya, serta memiliki gagasan baru demi meningkatkan kecerdasan siswanya.

Mengingat pembina/pelatih SSB=guru, maka harus pula memiliki kemampuan berbicara yang komunikatif, sabar menghadapi siswa, telaten dan berdisiplin tinggi, serta penuh rasa cinta saat mendidik siswa.

Jadi, SSB yang sangat strategis menjadi lahan pembinaan dan pendidikan karakter anak Indonesia di usia dini dan muda, memang harus diperhatikan bukan saja oleh PSSI dan Pemerintah melalui Kemenpora, namun para pembina, pelatih, dan orang tua juga wajib menyadari hal ini.

Saat melakukan passing juga bekerja intelgensi dan personaliti. Maka, meski hanya sekadar passing, banyak aspek dan indikator yang mempengaruhi, hingga akhirnya passing disebut benar dan berkualitas.

SSB sangat vital membentuk karakter anak, oleh karena itu pembina dan pelatihnya wajib profesional, yaitu orang yang memiliki profesi atau pekerjaan yang dilakukan dengan memiliki kemampuan yang tinggi dan berpegang teguh kepada nilai moral yang mengarahkan serta mendasari perbuatan, memiliki bekal ilmu mendidik, bekal wawasan yang luas, memiliki ijazah/sertifikat yang standar sesuai jenjang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun