Praktik meminta slip gaji secara tidak langsung melanggengkan kesenjangan upah gender yang sudah ada. Penelitian World Economic Forum mengungkapkan, kesenjangan gaji gender di Indonesia masih mencapai 23%. Angka yang mengkhawatirkan ini justru diperparah ketika perusahaan mendasarkan penawaran gaji pada slip sebelumnya, secara tidak sadar mengabadikan diskriminasi historis.
N.K., seorang manajer marketing dengan segudang prestasi, berbagi pengalaman pahitnya: "Saya pernah digaji lebih rendah di awal karir karena bekerja di daerah. Ketika pindah ke Jakarta, setiap perusahaan selalu menjadikan gaji lama sebagai patokan. Padahal skill dan pengalaman saya setara dengan rekan-rekan pria. Ini bukan hanya tentang nominal, tapi tentang pengakuan profesional."
3. Inefisiensi Biaya Rekrutmen yang Tersembunyi
Survei Robert Walters mengungkapkan fakta mengejutkan: 65% kandidat menolak melanjutkan proses rekrutmen ketika diminta slip gaji di tahap awal. Dampaknya? Perusahaan tidak hanya kehilangan kandidat potensial, tapi juga mengalami:
- Pemborosan waktu HR dalam proses screening yang berulang
- Peningkatan cost-per-hire hingga 30% karena proses yang lebih panjang
- Perpanjangan waktu rekrutmen rata-rata 45 hari, menghambat pertumbuhan bisnis
"Kami kehilangan banyak kandidat potensial karena kebijakan wajib melampirkan slip gaji," ungkap T.W., seorang HR Manager di perusahaan teknologi terkemuka. "Setelah menghapus kebijakan ini, response rate kandidat meningkat 40% dan kualitas kandidat yang masuk jauh lebih baik."
4. Penurunan Employee Engagement yang Drastis
Tidak berhenti di proses rekrutmen, dampak kebijakan ini berlanjut hingga masa kerja karyawan. Riset Gallup menunjukkan bahwa karyawan yang merasa proses penentuan gajinya tidak adil memiliki tingkat engagement 34% lebih rendah. Konsekuensinya?
- Produktivitas tim menurun signifikan
- Tingkat absensi meningkat tajam
- Risiko resign lebih tinggi, menciptakan siklus rekrutmen yang tidak sehat
Google, perusahaan yang dikenal dengan kultur inovatifnya, telah menghapus pertanyaan tentang gaji sebelumnya sejak 2019. Hasilnya? Employee satisfaction score mereka meningkat 27% dalam dua tahun, membuktikan bahwa perubahan kebijakan ini berdampak positif pada moral karyawan.