Mengapa Praktik 'Tunjukkan Slip Gaji' Justru Kontraproduktif?
"Berapa gaji Anda di tempat kerja sebelumnya?"
Pertanyaan yang tampak sederhana ini telah menjadi ritual wajib dalam proses rekrutmen di Indonesia. Bahkan, banyak perusahaan yang langsung meminta bukti slip gaji sebagai syarat lamaran. Namun, tahukah Anda bahwa praktik ini justru bisa menjadi bumerang bagi perusahaan Anda?
Berdasarkan studi McKinsey tahun 2023, perusahaan yang masih mengandalkan slip gaji dalam proses rekrutmen mengalami tingkat turnover 47% lebih tinggi dibanding perusahaan yang menerapkan sistem kompensasi berbasis kompetensi. Temuan ini menjadi alarm bagi para pelaku industri untuk mengevaluasi kembali praktik rekrutmen yang selama ini dianggap standar.
1. Anda Kehilangan Talenta Terbaik
R.A., seorang developer senior dengan pengalaman 8 tahun, menolak tawaran kerja dari sebuah unicorn teknologi ternama. Bukan karena tawaran tidak menarik, tapi karena perusahaan tersebut menawar gaji berdasarkan slip gajinya yang lama, bukan berdasarkan kemampuan dan potensi kontribusinya.
"Saya merasa skill dan kontribusi saya tidak dihargai. Mereka lebih peduli dengan angka di slip gaji dibanding dengan apa yang bisa saya berikan ke perusahaan," ungkapnya dengan nada kecewa.
Data LinkedIn menunjukkan 78% profesional berbakat lebih memilih perusahaan dengan sistem kompensasi transparan dibanding perusahaan yang meminta slip gaji. Fenomena ini semakin menguat di kalangan generasi milenial dan Gen-Z yang mengedepankan transparansi dan keadilan dalam sistem kompensasi.
2. Bias Gender dan Kesenjangan Upah Semakin Melebar