Mohon tunggu...
Ilham Akbar Junaidi Putra
Ilham Akbar Junaidi Putra Mohon Tunggu... Apoteker - Pharmacist

✍️ Penulis Lepas di Kompasiana 📚 Mengulas topik terkini dan menarik 💡 Menginspirasi dengan sudut pandang baru dan analisis mendalam 🌍 Mengangkat isu-isu lokal dengan perspektif global 🎯 Berkomitmen untuk memberikan konten yang bermanfaat dan reflektif 📩 Terbuka untuk diskusi dan kolaborasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Literasi Fungsional dan "Ekonomi Hati": Menghitung Nilai Kebahagiaan dalam Dunia Kapitalisme

10 Desember 2024   20:58 Diperbarui: 10 Desember 2024   20:58 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengapa Kebahagiaan Adalah Kekayaan yang Tak Terhitung?

Pernahkah Anda merasa bahwa, meskipun bekerja keras setiap hari, ada sesuatu yang kurang dalam hidup Anda? Di era kapitalisme ini, fokus kita pada pencapaian materi seringkali mengaburkan nilai yang sebenarnya penting: kebahagiaan. Namun, penelitian menunjukkan bahwa kebahagiaan lebih dipengaruhi oleh kualitas hubungan dan kesehatan mental daripada kekayaan materi (Diener & Biswas-Diener, 2020).

Dalam artikel ini, kita akan membahas hubungan antara literasi fungsional, kebahagiaan, dan kapitalisme. Lebih jauh lagi, kita akan mengeksplorasi cara berpikir baru tentang 'kekayaan' yang melampaui uang dan aset materi.

Literasi Fungsional: Pondasi Kekayaan Sejati

pexels
pexels

Literasi fungsional bukan hanya soal membaca dan menulis, tetapi kemampuan untuk memanfaatkan keterampilan ini dalam kehidupan sehari-hari. Menurut UNESCO (2017), literasi fungsional mencakup keterampilan membaca, menulis, dan berhitung yang memungkinkan individu untuk berpartisipasi secara aktif dalam masyarakat. Dalam dunia kapitalisme, ini sering diterjemahkan menjadi kemampuan mengelola keuangan, memahami kontrak kerja, atau bahkan membaca peluang bisnis.

Namun, penelitian oleh Smith dan Clayton (2021) menunjukkan bahwa literasi fungsional juga memengaruhi kemampuan seseorang dalam membuat keputusan yang mendukung kesejahteraan emosional. Dengan kata lain, literasi fungsional dapat membantu kita memahami nilai intrinsik hidup, bukan hanya nilai pasar.

Ekonomi Hati: Perspektif Baru tentang Kekayaan

pexels
pexels

'Ekonomi hati' adalah konsep yang mengukur nilai kebahagiaan, kepuasan, dan koneksi emosional sebagai bentuk kekayaan yang sejati. Penelitian dari Harvard Study of Adult Development (Waldinger & Schulz, 2016) menunjukkan bahwa hubungan yang sehat adalah prediktor terbesar kebahagiaan jangka panjang, melampaui kekayaan materi.

Penelitian ini juga mendukung gagasan bahwa kita memerlukan literasi emosional untuk memahami dan memanfaatkan kebahagiaan. Literasi emosional adalah kemampuan membaca dan memahami kebutuhan hati kita, yang merupakan bagian dari literasi fungsional secara holistik (Goleman, 2020).

Kapitalisme yang Mengaburkan Arti Kebahagiaan

pexels
pexels

Kapitalisme sering menciptakan ilusi bahwa kebahagiaan bisa dibeli. Namun, studi oleh Kahneman dan Deaton (2010) menunjukkan bahwa pendapatan hanya berkorelasi dengan kebahagiaan hingga tingkat tertentu, sekitar $75.000 per tahun. Setelah itu, peningkatan pendapatan tidak lagi signifikan terhadap kesejahteraan emosional.

Menurut laporan World Happiness Report 2022, negara-negara dengan GDP tinggi tidak selalu memiliki tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi. Misalnya, Amerika Serikat berada di peringkat ke-16 dalam indeks kebahagiaan meskipun memiliki GDP yang sangat tinggi. Ini menunjukkan bahwa kekayaan material bukan satu-satunya penentu kebahagiaan.

Menggunakan Literasi Fungsional untuk Meningkatkan Ekonomi Hati

pexels
pexels

1. Mengelola Emosi Seperti Mengelola Keuangan

Sama seperti literasi keuangan membantu kita mengelola uang, literasi emosional membantu kita mengelola kebahagiaan. Penelitian oleh Gross (2014) tentang regulasi emosi menunjukkan bahwa kemampuan untuk memahami dan mengelola emosi secara langsung memengaruhi kesejahteraan individu.

Langkah Praktis:

  • Buat jurnal kebahagiaan harian untuk mencatat hal-hal yang membuat Anda bahagia.
  • Pelajari cara mengatakan "tidak" pada hal-hal yang tidak memberikan nilai emosional.

2. Membangun Hubungan Sebagai Investasi Emosional

Penelitian oleh Helliwell dan Putnam (2004) menyoroti bahwa hubungan sosial yang kuat adalah salah satu faktor utama kebahagiaan. Literasi fungsional dapat membantu kita memahami dinamika hubungan, mengelola konflik, dan membangun koneksi yang lebih dalam.

Contoh Kasus:
Seorang manajer di sebuah perusahaan mulai meluangkan waktu untuk mendengar cerita bawahannya. Hasilnya, produktivitas meningkat karena karyawan merasa dihargai dan lebih termotivasi. Studi ini didukung oleh Journal of Business Ethics yang menemukan bahwa empati pemimpin meningkatkan kepuasan kerja (Barsade & O'Neill, 2016).

3. Prioritaskan Keseimbangan Hidup

Literasi fungsional memungkinkan kita mengenali kapan harus berhenti mengejar tujuan material dan mulai fokus pada keseimbangan hidup. Studi dari OECD (2019) menemukan bahwa keseimbangan kerja-hidup yang baik berkontribusi signifikan terhadap kebahagiaan dan kesehatan mental.

Literasi Fungsional Membentuk Masa Depan Kebahagiaan

pexels
pexels

Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan mental, dunia mulai bergeser menuju bentuk kapitalisme yang lebih humanis. Penelitian oleh Deloitte (2022) menunjukkan bahwa perusahaan yang memprioritaskan kesejahteraan karyawan memiliki tingkat retensi dan produktivitas yang lebih tinggi.

Literasi fungsional akan menjadi alat penting untuk membantu individu dan organisasi menavigasi perubahan ini. Ini termasuk pengembangan literasi emosional untuk memahami kebutuhan karyawan dalam organisasi yang lebih inklusif.

Saatnya Menghitung Kekayaan dengan Hati

pexels
pexels

Kebahagiaan bukanlah sesuatu yang bisa diukur dengan angka dalam rekening bank. Literasi fungsional memberi kita alat untuk membaca, memahami, dan menciptakan nilai yang lebih dalam dalam hidup kita. Dengan mengadopsi konsep ekonomi hati, kita dapat mulai membangun kekayaan sejati yang mencakup emosi, hubungan, dan kepuasan hidup.

Mulailah langkah kecil hari ini. Tuliskan tiga hal yang Anda syukuri dan pikirkan bagaimana Anda bisa meningkatkan kebahagiaan dalam hidup Anda. Ingatlah, kebahagiaan adalah investasi yang tidak pernah merugi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun